“Sayyidusy Syuhur” adalah julukan bulan paling mulia untuk Ramadan. Betapa tidak, satu hari puasa saat Ramadan nilainya lebih baik daripada seribu hari puasa di luar Ramadan.
Ramadan merupakan jalan kita menuju taqwa. Sebagai umat Islam yang menjalankan puasa, pasti sangat senang dengan datangnya Ramadhan. Apalagi jika kita tahu ada banyak “voucher” dari Allah pada momentum Ramadan. Pastilah kita berbondong bondong melakukan kebaikan dan memohon ampunan-Nya. Bagi Islam, Ramadan adalah bulan yang sangat dirindukan surga .
Segala doa yang dipanjatkan di kala Ramadan sangatlah manjur. Segala bentuk sedekah akan diterima langsung oleh Allah. Segala bentuk ibadah juga akan dilipatgandakan 70 kali lipat. Bahkan ibadah sunnah yang biasa kita lakukan, saat Ramadan pahalanya dinilai sebagaimana ibadah wajib.
Sebagai seorang Muslim, apa kita nggak mau mendapatkan voucher dari Allah dan menjadi bagian yang dirindukan surga?
Sebagai santriyah, tentunya tidak boleh melewatkan voucher Allah saat Ramadan begitu saja. Apalagi di pondok pesantren, kita memiliki ruang dan wadah. Di mana kita tidak sendiri dalam meraih voucher surga Allah. Di pondok kitab bisa melakukannya bersama.
Dan tahukah kalian bahwa ada empat hal yang dirindukan surga? Dan apa yang bisa kita lakukan sebagai seorang santriyah?
Hal yang dirindukan surga: Pertama, orang yang mau membaca al Quran. Di pondok sudah sangat biasa dengan simaan (binnadzor dan bil ghaib). Adat berbaris mengantre untuk menyetorkan bacaan ataupun hafalan kepada ustaz/ ustazah.
Selain itu, tradisi tadarus di pondok pesantren, biasanya membentuk lingkaran kemudian bergantian membaca al Quran dan saling menyimak. Kalau hari biasanya satu sampai dua juz perhari karena sudah terjadwal satu kelompok satu hari. Maka saat Ramadan, setiap hari santriyah yang terbagi dalam lima kelompok, pasti mendapkan giliran.
Setelah kita mengetahui voucher dari Allah saat Ramadan maka kita bisa membaca al Quran antara lima sampai 10 juz perhari. Jadi dilakukan satu sampai dua kali putaran tadarus.
Kedua, orang yang bisa menjaga lisan. Tinggal di lingkup pesantren, insyaallah selalu ditanamkan tentang akhlakul karimah. Bagaimana kita bertutur kata yang sopan dan santun. Edisi Ramadan ini sebagai santriyah pasti lebih mengutamakan untuk mengelola lisan dengan baik.
Agar doa semakin manjur dan segera terkabul, maka sebaiknya kita dzikrullah (mengingat Allah). Manfaatkan waktu luang untuk berdzikir menyebut nama Allah dan mendawamkan membaca sholawat.
Ketiga, orang yang memberi makan orang yang berpuasa. Terkait ini, santriyah biasanya mengimplementasikannya dengan berbagi takjil. Betapa senangnya berbagi kepada sesama saudara kita. Berbagi takjil juga merupakan bentuk cerminan dari hablumminallah dan hablumminannas.
Keempat, orang yang berpuasa Ramadan. Hanya kebaikan-kebaikan yang akan ditampakkan di saat Ramadan, semua amal sesorang akan terlihat sama. Antara yang berpuasa dan yang tidak berpuasa, pasti akan terasa puasa semua vibesnya.
keberuntungan sebagai seorang santriyah, di mana seorang perempuan dalam melaksanakan salat tarawih lebih baik di rumah daripada di masjid. Nah, di pondok akan terasa jauh lebih sempurna, karena bisa tarawih tarawih bersama santriyah lainnya. Selain itu, di pondok juga diajarkan bagaimana melakukan puasa yang benar, serta amalan apa saja yang bisa dilakukan selama Ramadan.
Ya, Ramadan baru beberapa hari menyapa kita. Mari jalani ibadah di bulan suci ini dengan penuh hikmat, dan mari saling berlomba menjemput voucher yang sudah diberikan dengan cuma-cuma, khusus di bulan mulia ini. Ingatlah, berlomba-lomba dalam hal kebaikan itu sesuatu yang baik.
Pertanyaannya, siapkah kita memenangkan Ramadan tahun ini? Dan apakah kita ingin menjadi bagian dari yang dirindukan surga?
Sania Husna Mafaza,
Penulis adalah santriyah Ma’had Prisma Quranuna dan Mahasiswi Tadris Bahasa Inggris IAIN Kudus