
KUDUS,Suaranahdliyin.com – Dalam rangka memeriahkan bulan Ramadhan, panitia plumpatan menggelar pasar takjil. Sebelum itu, dimulai doa dan buka bersama yang digelar pada Ahad (26/03/2023) acara bertempat di Area Jalan Plumpatan Gondangmanis, Bae, Kudus.
Pemangku Wilayah Plumpatan, Ali Mahmudi, menjelaskan, kegiatan pasar takjil ini merupakan upaya guyub rukun dan meningkatkan kekompakan warga Gondangmanis. Sore ini, lanjut Ali, dibuka dulu dengan doa dan buka bersama hingga menjajakan kulinernya di Pasar Takjil.
“Untuk kuliner nantinya bertema takjil jadi yang dijual berupa minuman camilan hingga makanan lainnya,” jelas Ali yang juga merupakan Ketua RT 05 RW 02 Gondangmanis.
Dirinya menambahkan, pemilihan pasar takjil yang digelar di minggu akhir ramadhan dikarenakan menurutnya banyak orang yang memburu takjil di akhir ramadhan.
“Akan digelar mulai dua atau tiga hari nan dulu, selanjutnya, akan dikaji lebih lanjut,” imbuh Ali.
Ia juga menghimbau warga tetap antusias untuk memeriahkan pasar takjil ini, sebab agenda semacam ini dibutuhkan sinergi semua kalangan.
“Maka, seluruh kalangan baik tua muda, minta tolong bisa disengkuyung,” tandasnya.
Sebagai informasi, babad plumpatan merupakan sebuah versi atau istilah yang dipakai untuk memaparkan dan menggambarkan sejarah Desa Gondangmanis dengan menggunakan pendekatan multidimensional berupa foklore leluhur Desa Gondangmanis, Raden Mas Datuk Singoproyo/Adipati Citrsumo II (Adipati Jepara, 1742-1745 M).
Ketua Panitia, Muhammad Zihrul Abdul Naim menjelaskan plumpatan merupakan bagian kali (red: sungai) yang digunakan untuk melompat Mbah Datuk beserta rombongan. Dahulu kala, lanjut Zihrul, sekitar tahun 1745 M, rombongan agung Kadipaten Jepara yang dipimpin Adipati Citrosumo II dengan nama samaran Raden Mas Datuk Singoproyo.
“Jadi nama tersebut beliau pergunakan selama melakukan perjalanan dari Kadipaten Jepara sampai ke Gondanglegi (sebelum menjadi Gondangmanis) yang telah didiami oleh Ki Buyut Juwiring dan Ni Buyut LeginahLeginah, ” kaatanya.
Penjemputan rombongan Raden Mas Datuk Singoproyo yang ketika itu menunggu di Siti Hinggil (tanah yang tinggi, sekarang menjadi kompleks makam sidoluhur) oleh buyut berdua dilakukan dengan melompati sungai (mlumpat kali) sehingga disebutlah Plumpatan.
“Untuk melestarikan nilai leluhur ini, maka folklor plumpatan dilestarikan dalam komunitas yang diinisiasi warga khususnya di RT 05 RW 02, Gondangmanis,” paparnya.
Dirinya turut berharap adanya acara berkelanjutan di Plumpatan ini, menjadi alternatif menambah kekompakan antar warga dan kecintaan mereka terhadap desa Gondangmanis.
“Sebab, jika narasi sejarah ini tidak dilanggengkan maka akan hilang dan tidak diketahui generasi ke depan,” tandasnya.
Sementara itu, salah satu warga setempat, Jamiatun, mengaku antusias menyambut kegiatan di Plumpatan kali ini. Dirinya tidak ingin ketinggalan memeriahkan dan mengambil berkah bulan Ramadhan. Ia berharap kegiatan seperti ini dapat terus konsisten dan berkelanjutan.
“Cukup senang karena masyarakat bisa guyub rukun menyelenggarakan kegiatan ini,” ungkapnya.(umi/adb)