Tak lama lagi, Ramadan 1441 H akan datang. Bulan suci dengan banyak keistimewaan yang dimiliki, ini senantiasa ditunggu kehadirannya oleh umat Islam di seluruh penjuru negeri.
Di Indonesia, salah satu yang unik dari Ramadan, yaitu adanya kajian kilatan di pondok-pondok pesantren, bahkan di masjid-masjid maupun musala di kampung-kampung, juga digelar beragam kajian keagamaan.
Di pondok pesantren, beberapa pekan sebelumnya, sudah mengedarkan pengumuman kajian kitab apa saja yang akan dikaji berikut siapa kiai / ustaz yang akan mengkaji (membaca)-nya.
Apakah Ramadan tahun ini, kajian-kajian juga akan tetap digelar?
Ini tentu menjadi pentanyaan banyak para santri dan masyarakat muslim di Indonesia, terlebih yang setiap Ramadan, rutin mengikuti kajian kilatan Ramadan di pesantren (untuk tabarrukan).
Kemungkinannya sangat kecil pondok-pondok pesantren menggelar kajian pesantren Ramadan, di tengah wabah Virus Corona (Covid-19) yang hingga kini masih menjadi musuh bersama (common enemy) banyak negara dunia, tak terkecuali Indonesia.
Saat bertemu dengan salah satu kiai muda di Kudus, iseng-iseng saya bertanya, ‘’Apa Ramadan tahun ini ada kajian kitab kilatan seperti biasa, Yi?’’
‘’Kayake, tidak. Kondisinya belum memungkinkan,’’ jawabnya.
Dengan demikian, apakah kemudian pengajian kilatan di pondok-pondok pesantren harus benar-benar ditiadakan?
Tidak, tentunya. Kajian Ramadan ini tetap bisa dilangsungkan dan masyarakat tetap bisa mengikutinya, dengan cara dilakukan secara daring atau online dengan memanfaatkan layanan yang ada dimiliki media sosial.
Dengan cara ini, kiai tetap bisa melakukan kajian Ramadan, tanpa harus menerjang imbauan pemerintah untuk melakukan social distancing menghadapi wabah Virus Corona.
Namun untuk itu, tentu ada putra-putri kiai, atau santri yang bisa menyetting agar kitab yang dibaca sang kiai atau ustaz, bisa live di media sosial, sehingga bisa diikuti oleh masyarakat di kediaman masing-masing.
Maka, pengumuman kajian Ramadan dalam suasana social distancing ini, tetap bisa dibuat lengkap dengan informasi kitab yang dibaca serta siapa kiai / ustaz yang membacanya. Tentu saja dengan ‘’imbuhan’’, kajian dilakukan live melalui medsos yang digunakan.
Semoga Virus Corona (Covid-19) bisa segera berlalu sebelum Ramadan, sehingga kajian kilatan yang banyak dilakukan di pesantren, bisa dilakukan dengan tatap muka seperti biasa.
Sebagai antisipasi, disiapkan ‘’layanan’’ ngaji yang disiarkan secara live melalui media sosial, sehingga masyarakat tetap bisa mengaji sebagaimana biasanya. Semoga kita semua umat Islam, mendapatkan keberkahan Ramadan. Amin. (Rosidi)