Haul KH. Ma’mun Ahmad, Ini Kenangan Santri Abituren TBS

0
3308
KH. Ma’mun Ahmad memimpin doa sewaktu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sowan di Pondok TBS. Nampak pada kesempatan itu, antara lain KH. Sya’roni Ahmadi dan Habib Ja’far Al-Kaff.

KUDUS,Suaranahdliyin.com – Mulai Sabtu hingga Senin (3-5/11/2018), haul ke 17 KH.Ma’mun Ahmad diperingati bersamaan haul ke 31 Nyai Hj. Asnah Ma’mun. Pada masa hayatnya, Pengasuh pesantren Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Langgar Dalem Kudus ini banyak mengajarkan ilmu agama, keteladanan bahkan kenangan yang tak terlupakan bagi para santrinya.

Menurut ketua Ikatan Santri Abituren (IKSAB) TBS Nur Said, KH. Ma’mun Ahmad adalah sosok kiai sepuh yang selalu memakai surban saat mengajar. Mbah Ma’mun telah menumbuhkan benih-benih aqidah tauhid dan tasawuf salafus sholeh kepada ribuan santri melalui Kitab “Qaami’uth Thugyaan”.

“Mbah M’amun selalu menekankan pentingnya pemanfaatan akal untuk ma’rifatullah sehingga  sering mengkritik pemuja kalkulator sebagai ‘akal kotor’. Ini tak lain agar para santri selalu beragama dengan penguatan dalil aqli juga.”katanya.

Dalam setiap kali mengajar, mbah Ma’mun sering berpesan agar selalu waspada. “Antara lain pesannya, Ing zaman akhir wis akeh wong nglakoni dosa, ananging ora krasa. Kaya kesandung rata kebenthus awang-awang,“tutur Said.

“Begitu pula, Gus Dur (guru para santri nusantara) saat berkunjung ke Kudus menyempatkan silaturrahim ke beliau (mbah Ma’mun),”lanjut Said memberikan kesaksian.

Pernyataan senada disampaikan alumnus madrasah TBS angkatan 2005, Syaifudin Zuhri. Dikatakan, Mbah Ma’mun adalah salah satu kiai kharismatik di kota Kudus yang sangat alim Al alamah. Tetapi, tidak mau memperlihatkan kealimannya.

Mbah Ma’mun, tutur Zuhri, sering mengingatkan santrinya supaya jangan senang dipuji dan memuji orang. Karena pujian terhadap orang hidup bisa menyebabkan kesombongan.

“Beliau mengatakan urep ojo seneng dipuji, Yo, ojo muji2 uwong urep amergo iso dadekke marai sombong. Padahal sombong sitik wae iku ora oleh. Hal ini sesuai keteladanan beliau yang tidak mau dan tidak suka dipuji,”ujarnya mengutip dawuh mbah Ma’mun.

Mengenai ilmu agama, lanjut Zuhri, mbah Ma’mun  penuh kehati-hatian dalam berbuat dan bersikap. “Apalagi dalam memutuskan sebuah hukum, beliau selalu hati-hati dan teliti,”tutur guru MINU Bidayatul Hidayah Kambangan Menawan Gebog Kudus.

Setiap hari, tutur Zuhri, kiai yang pernah menjabat sebagai Direktur madrasah TBS Kudus ini selalu menghabiskan waktunya untuk mengajar para santri di madrasah dan pesantren TBS. Mbah Ma’mun juga termasuk kiai yang sangat sayang kepada santrinya.

“Setiap hari Jum’at selalu memberi jatah makan serta wedangan gratis dari rumah ndalem. Para santri–pun sangat senang menerimanya. Berkahmu yang selalu kami harapkan Yai, semoga engkau nikmat di sisi Allah,”kenang Zuhri seraya mendoakan.

Sebagaimana diketahui, KH Ma’mun Ahmad wafat  pada hari Ahad Legi, 22 Shafar 1423 H /5 Mei 2002 dalam usia 87 tahun. Makam beliau berada di Komplek makam Sedio Luhur Krapyak Kudus (adb/ros).

Comments