
SEMARANG, Suaranahdliyin.com – Keberadaan pesantren kini dapat bersaing dengan sekolah umum. Buktinya saat ini banyak santri dan santriyah yang menduduki posisi penting di pemerintahan, bahkan mampu berprestasi di kancah internasional.
Demikian disampaikan Ganjar usai menghadiri Halaqoh Ulama Nasional bertajuk “Menjaga Marwah Pesantren” yang digelar di Hotel Ciputra, Semarang, Selasa (8/11). Tak kurang sebanyak 125 ulama dari berbagai pondok pesantren (Ponpes), Ormas Islam dan MUI Kabupaten/ Kota.
“Ini bagus sekali, jadi tokohnya kumpul. Sensitivitas para romo kiai dan ulama kita luar biasa. Yang harus dijaga adalah bagaimana menyiapkan santri-santri ini ke depan,” katanya.
Ganjar mengemukakan, persoalan membangun karakter yang seringkali sulit dihadapi oleh sekolah umum, telah menjadi budaya di pondok. Para santri terbiasa menghormati orang terutama ulama.
“Moderasi pasti sangat terjaga karena selalu hormat sama orang itu. Apalagi sama guru-gurunya. Itu yang selalu saya pesankan di manapun, hormati orang tuamu, gurumu, cintai bangsa dan negaramu,” tegasnya.
Para santri pun dinilai memiliki karakter yang baik. Bukan hanya pandai menghormati orangtua, tetapi juga punya kecintaan terhadap bangsa dan negara yang dibangun lewat Hubbul Wathan Minal Iman. “Maka kenapa harus ada hari santri, karena dulu resolusi jihad dikeluarkan untuk melawan penjajah. Itu, kan, luar biasa,” tuturnya.
Gubernur Jateng itu pun tak menampik adanya ketidaksempurnaan di pesantren. Seiring munculnya kasus negatif yang belakangan terjadi. Namun itu bisa disikapi dengan kesadaran untuk menjaga marwah dari pesantren. “(Pesantren) mesti dijaga, dan yang kurang ayo kita perbaiki,” tandasnya.
Terlepas dari itu, adanya Undang-undang Pesantren dan Perda Pesantren, menjadi awal untuk mendorong terciptanya suasana yang positif. Sehingga menghasilkan santri dengan ilmu agama yang hebat. Diikuti perilaku atau karakternya pasti hebat.
“Mudah-mudahan halaqoh ini menghasilkan rekomendasi-rekomendasi, bagaimana menjaga marwah pondok pesantren, mengembangkan dan mengapresiasinya,” paparnya. (rls/ ros, adb, rid)