Filosofi Shiyam Ramadan

0
795

Oleh: Dr KH Muchotob Hamzah MM

Setahun kalender Islam ada sebanyak 12 bulan. Dimulai Muharram (bulan yang dimuliakan); Shafar (kuning karena dedaunan menguning); Rabi’ul awal (musim bunga pertama/ Maulud/ bulan kelahiran Nabi Muhammad; Rabi’ al-tsani (musim bunga kedua); Jumadil Ula (musim salju pertama); Jumaditsaniyah (musim salju kedua); Rajab (cair); Sya’ban (menanam/ Arwah/ruwah/nyadran); Ramadan (panas terik); Syawal (meningkat panasnya); Dzulqa’dah (musim duduk-duduk, sebab sangat panas); Dzulhijjah (bulan haji).

A. Perintah Shiyam Ramadhan

Ketika Allah SWT. memerintahkan shiyam pada tahun -2 hijriyah, dengan frasa “sebagaimana telah Aku wajibkan kepada umat terdahulu” (QS. 2: 183). Berarti Al-Qur’an sangat transparan. Tak mengapa, meskipun ada yang menyebut Islam sebagai agama racikan. Karena mereka tidak tahu posisi Islam Nabi Muhammad yang spesifik sebagai penutup nabi dengan Islam generik dari setiap nabi dan rasul (QS. 2; 135).

Contoh shiyam dalam Old Testament (Taurat) seperti: Puasa hari perdamaian (Imamat 16: 29; 23 dan lainnya). Puasa dukacita (1 Samuel 31: 11 dll); Puasa pertobatan (Nehemia 9: 1 dll); Puasa harus dengan kelakuan baik (Yesaya 58: 5 dll.); Nabi Musa puasa 40 hari 40 malam (Keluaran 24: 26 dll). Dalam New Testament (New Testament) Yesus puasa 40 hari 40 malam tidak makan (Matius 4: 2); Puasa Senin-Kamis (Lukas 2: 36; 18: 12); Ada pula puasa mengusir setan (Markus 9: 29) dll.

Dalam Last Testament, yaitu al-Qur’an, Allah memerintahkan: 1. Shiyam Ramadhan (QS. 2: 183), Fidyah haji (QS. 2: 196); pembunuh yang bertobat (QS. 4: 92); pelanggar sumpah (QS. 5: 89); pelanggar larangan waktu ihram ( QS. 5: 95); nadzar (QS. 19: 26); penzhihar isteri (QS. 58: 3).

B. Dalam filsafat Islam, rukun Islam yang lima bisa dimaknai sebagai sebuah bangunan. 1. Syahadat (fondasi); 2. Salat (tiang); 3. Zakat (kamar mandi, cuci dan buang kotoran); 4. Shiyam (dinding); 5. Haji (atap).

Jika demikian, tepatlah penggambaran itu. Sebab Nabi pernah bersabda: “As-Shaumu junnatun”. Puasa adalah perisai atau pagar dari panasnya api neraka.

C. Hikmah yang dapat dipetik

Sesungguhnya sangat banyak hikmah yang bisa didapat karena menjalankan shiyam. Di antaranya:

a. Hikmah Ma’iyyah. Dalam hal ini, Shaim (orang yang puasa) akan merasa selalu bersama dan dibersamai Allah. Dia tidak berani makan minum maupun jima’ hanya karena merasa diawasi Allah. Sebaliknya dia akan selalu optimis dan bahagia karena merasa senantiasa dalam bimbingan dan pemeliharaan Allah.

b. Hikmah Ta’dibiyah. Yaitu berlaku disiplin dalam segala sesuatu. Baik tentang salat, zakat, administrasi, nepati janji, hutang piutang dll. Kita lihat ibu yang membujuk anaknya agar tidak makan minum lima menit sebelum magrib. Apa katanya; “Jangan makan dulu naaak, kurang 1 menit masuk magrib. Alangkah berharganya satu menit di mata orang puasa. Bagaimana jika diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara?

c. Hikmah Badaniyah. Hari ini, sebagian kawasan masih dilanda wabah obesitas. Hal ini bisa diatasi dengan pola puasa yang benar. Para peneliti pernah mencoba. Sekelompok tikus dibiarkan selalu kenyang. Mereka mati semua setelah 600 hari. Tikus yang direka dengan puasa, mereka mati semua setelah 950 hari. Sila bandingkan!

d. Hikmah Thumakniiniyah. Dengan meyakini janji Allah tentang pahala shiyam, maka menjelang kematian si Shaim akan merengkuh harapan pahala shiyam yang tak terhingga (Bukhari 1761, Muslim 1956). Apalagi jika dengan shiyamnya memancing sedekah. Maka dia tidak akan meronta ketika jelang kematian dan minta dikembalikan ke dunia (QS. 23: 10; QS. 63: 10).

e. Hikmah Iqtishadiyah. Jika dimanajemen dengan baik, sifat boros dan bakhil (QS. 17: 29), akan sirna dengan pola ibadah shiyam. Berapa juta piring bisa diberikan kepada kaum dhu”afa dengan pola makan dua kali yang biasanya tiga kali, meskipun hanya satu bulan? Wallaahu a’lam. (*)

Dr KH Muchotob Hamzah MM,

Penulis adalah ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Wonosobo.

Comments