“WISIT”

0
4072
Mengabadikan momentum kebersamaan dalam halalbihalal

Idulfitri memang memiliki makna khusus bagi umat Islam di Indonesia. Tidak hanya karena ini “mengilhami” lahirnya tradisi terbangunnya silaturahmi antarkeluarga, kerabat dan kawan melalui aktivitas “mudik massal”, tetapi juga melahirkan banyak hal lain.

Di beberapa daerah, ada tradisi kupatan (Syawalan) yang digelar sekira sepekan setelah Idulfitri, memunculkan “kupat” dan “lepet” dengan makna filosofisnya yang luar biasa, dan yang tak kalah menarik adalah munculnya tradisi memberi “wisit” kepada anak kecil.

Tradisi memberi “uang saku” kepada anak kecil dalam silaturahmi pasca Lebaran (baca: halalbihalal) ini juga merupakan hal (praktik) baik dalam yang menjadi ciri khas saat Idulfitri datang, yang kemudian masyarakat menyebutnya dengan “wisit”.

Lepas dari besar – kecilnya nilai (besaran) wisit yang diberikan seseorang kepada anak-anak kecil saat silaturahmi, tetapi ada sebuah nilai yang ingin ditanamkan oleh orang-orang yang sudah dewasa kepada anak-anak saat bersilaturahmi tersebut.

Nilai yang dimaksud adalah betapa pentingnya berbagi dan bersedekah kepada orang lain. Dan nilai dan praktik hidup baik di tengah kehidupan umat Islam tersebut, mesti ditanamkan sedari dini.

Dengan bahasa sederhana, tradisi memberi wisit itu juga terkandung maksud, supaya anak-anak kelak ketika dewasa dan memiliki kemampuan ekonomi, tidak eman untuk berbagi kepada orang lain yang membutuhkan, serta tidak merasa berat untuk bersedekah.

Akhirnya, wisit merupakan hal luar biasa yang kendati nampaknya sangat sederhana, namun itu menjadi praktik untuk menyemai dan menumbuhkan kebaikan dalam sanubari para generasi bangsa, agar memikiki sikap kedermawanan dan kepedulian sosial. Wallahu a’lam. (rosidi)

Comments