KUDUS, Suaranahdliyin.com – Umat Islam dari berbagai daerah, mulai dari Kudus, Demak, Pati, Grobogan bahkan Jakarta berbondong-bondong ‘sowan’ kepada para kiai pada momentum Lebaran (Idul Fitri) ini.
Tradisi sowan kiai ini sudah berlangsung sejak lama secara turun temurun. Di Kudus, para kiai yang ramai oleh umat yang sowan untuk bersilaturahim dan ‘ngalap berkah’ atau tabarrukan itu, antara lain KH. M. Sya’roni Ahmadi, KH. Mc. Ulinnuha Arwani, KH. M. Ulil Albab Arwani, KH. M. Arifin Fanani, KH. Hasan Fauzi, KH. Muhammad Arwan, KH. Sanusi Yasin, KH. Ahmad Badawi Basyir, KH. Saiq, dan Kiai Yasin Bin Muhammad.
Di kediaman KH. M. Sya’roni Ahmadi, para warga yang datang untuk sowan bahkan membeludag dan berdesak-desakan. Sehingga Banser pun turut membantu mengatur jalan masuk menuju kediaman kiai kharismatik yang juga Mustasyar PBNU tersebut.
‘’Sowan, silaturahim kiai ini untuk ngalap barokah. Alhamdulillah, di sini ada mauidhah dari Mbah Sya’roni,’’ ujar Abdul Rois, warga Dukuh Karangmojo, Desa Getassrabi, Kecamatan Gebog.
Saking membeludagnya tamu yang datang, di teras rumah Kiai Sya’roni pun dipasangi layar, sehingga mereka yang tidak mendapatkan tempat di dalam, bisa menyimak keterangan dari apa yang disampaikan kiai.
Dalam kesempatan itu, Kiai Sya’roni di antaranya menjelaskan apa sebab ulama selalu doa kembali ke alam kesucian, dan apa sebab Kanjeng Nabi Muhammad berdoa supaya orang diberi keluasan rizki.
‘’Kembali ke alam kesucian, Nabi dawuh, kullu mauluudin yuuladu alal fitrah. (kabeh bayi itu suci). Anak durung baligh meninggal dunia, mesti (masuk) surga, walaupun anaknya orang non muslim,’’ ungkapnya. ‘’Karena kita sudah baligh, makanya doanya adalah supaya kembali kepada kesucian, dengan berdoa semoga husnul khatimah,’’ lanjutnya.
Terkait dawuh Kanjeng Nabi bahwa orang yang mau silaturahim itu akan panjang umur dan menambah rizki, karena silaturahim itu membangun sebuah kerukunan. ‘’Silaturahim itu mempererat tali persaudaraan,’’ tuturnya. (gie/ adb, ros)