Refleksi HSN,Tantangan Santri Di Era Digital

0
1957
Para pembicara Refleksi Santri sedang saat mengumandangkan Yalal Wathan bersama-sama seraya mengepalkan tangan

SEMARANG,Suaranahdliyin.com – Memperingati hari santri, gabungan organisasi di Unwahas adakan refleksi dengan tema “Nasionalisme Kaum Santri” yang dihadiri mahasiswa Unwahas serta warga sekitar di kampus I Universitas Wahid Hasyim Semarang, senin (22/10).

Sekertaris Lakpesdam NU Jawa Tengah, Dr. Teddy Kholiludin M.Si., menjelaskan tentang santri yang hidup di era digital. Di mana pada zaman sekarang hampir semua tidak bisa terlepas dengan dunia digital.

“Banyak anggapan bahwa santri mempunyai label masyarakat tradisional yang notabenenya kaum terbelakang. Namun Gus Dur mempunyai pemikiran modern, meskipun begitu Gus Dur tidak meninggalkan tradisi dan kebudayaan tradisional,” ungkap Teddy.

Hidup di era datar, di mana semua tidak ada yang namanya jarak. Yang jauh akan terasa dekat karena teknologi merupakan suatu tantangan bagi santri karena tidak ada batasan jarak. Santri juga harus berkompetisi untuk melawan dengan media arah kanan maupun kiri.

“Kecenderungan kita hidup di globalisasi, artinya kita harus menawarkan blokalisasi,” tutur Teddy.

Di Bantul terjadi pembubaran adat Larung oleh kelompok Islam kanan, di Cilacap tersebar pamflet bertuliskan Larung dapat menyebabkan tsunami. Itu merupakan tantangan bagi kaum santri yang perlu mempertahankan tradisi di Nusantara.

Dr. H. Musahadi, M.Ag., Wakil Rektor I UIN Walisongo menjelaskan bahwasanya fakta dan realita Indonesia adalah negara yang multikultural, dari segi budaya, ras, adat, sampai kepentingan politiknya. Dari keberagaman itulah yang menjadikan santri lebih cermat karena dengan adanya keberagaman maka banyak muncul paham radikalisme, intoleransi, dan pandangan lain.

“Saya mengibaratkan menulis suatu kata, setiap orang nantinya akan berbeda-beda pendapat karena bisa saja kalimat dibaca dengan tanda baca yang beragam,” kata Musahadi.

Masalahnya pada era zaman digital ini di dunia maya sudah banyak konten yang mempengaruhi kebudayaan Indonesia, dengan menyuguhkan konten-konten yang tidak sama dengan nilai, budaya Indonesia.

Mahasiswa mengikuti refleksi hari santri di Unwahas Semarang

Menurut Kajur Ilmu Politik Unwahas, Zudi Setiawan, S.IP., M.Si., santri merupakan konsep budaya yang hanya ada di Indonesia. Santri sudah ada sebelum Indonesia merdeka dan santri juga salah satu yang ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan para penjajah.

“Kaum santri harus bisa membentengi Kesatuan Negara Republik Indonesia dan menjaganya dari segala ancaman, saling bahu membahu menjaga kerukunan umat beragama,” kata Zudi. (Dian/adb)

Comments