KUDUS, Suaranahdliyin.com – Puluhan produk brand lokal dipajang rapi di area Pekan Festival yang digelar Kudus Clothing Fest (KCF) pada Sabtu-Ahad, (15-16/04) di Recolta Coffe, Cendono, Dawe, Kudus. Pekan Festival itu jadi ajang anak muda untuk mencari brand lokal menjelang lebaran.
Ketua Panitia Fahri Husaini, megatakan, Kudus Clothing Fest merupakan ajang promosi untuk mengenalkan brand lokal secara lebih luas lagi.
“Ini agar memudahkan pembeli untuk mencari produk menjelang lebaran ini dengan diskon hingga 70 persen,” katanya.
Tidak hanya itu, menurut Fahri, festival ini sebagai wadah untuk memberikan dukungan kepada pelaku industri fashion di Kudus agar bisa bangkit kembali. Menurutnya, brand lokal sudah memiliki kualitas yang bagus dan tidak kalah dari bran luar.
Ayo pakai brand lokal untuk mendukung UMKM,” tandasnya.
Terdapat 14 brand local yang mengikuti Kudus Clothing Fest, yaitu Locked Target, Shine.Id, Glommy Artwear, Enter Vision, Anbreak, Warm Rays, Blind Studio, Jesse, Vorstenlanden, Lmbrnksm, Generous, Khop.co, Mypersona dan Radio Is Good.
“Ada yang dari Kudus dan Demak juga. Produknya itu ada kaus, hot pants, celana panjang, dan topi,” imbuhnya.
Komunitas yang berdiri 2020 ini juga menggelar beberapa acara seperti pentas band, dan sharing season. Pembeli tidak hanya menikmati pertujukan saja, melainkan juga diberi beberapa edukasi mengenai brand lokal. Band yang dipertunjukkan yakni Menuju Utara, Kerah Putih, Urvacreato, Kudus Hip-Hop Family, Bronx, Kamar Sebelah X, Starving Brain dan Agera.
Fahri berharap, Kudus Clothing Fest dapat diadakan secara rutin, sehingga brand lokal bisa semakin dikenal dan pelaku industri mendukung satu sama lain.
“Brand lokal menunjukkan kreativitas nya jangan mau kalah dengan brand luar karena kita punya keunikan sendiri yang keren,” bebernya.
Sementara itu, Pemilik Brand Fashion Mypersona.id, Nila Sukma, menyampaikan rasa senangnya bisa berkontribusi dalam pecan festival. Menurutnya, agenda semacam ini penting untuk digelar untuk memudahkan pemilik brand lokal.
“Karena tantangan kita di pemasaran, jadi ini penting,” ungkapnya.
Pendirian brand Mypersona, oleh Nila diinisiasi oleh stigma bahwa perempuan hanya memiliki kelayakan untuk bekerja pada sektor domestic. Menurutnya, perempuan juga bisa berkarir dalam bidang fashion brand.
“Alhamdullillah banyak yang mendukung baik itu dari pasangan maupun saudaa perempuan,” paparnya.
Ia berharap, brand lokal yang dimiliki oleh para perempuan juga bisa bersaing dan menghasilkan produk yang berkualitas khususnya produk kaos.
“Kita sebagai perempuan harus senyaman mungkin, tidak perlu dengerin stigma yang membuat kita tidak nyaman,”ajak Nila.(umi/adb).