YOGYAKARTA, Suaranahdliyin.com – Pada 2018 ini, Indonesia akan banyak mengalami dinamika kebangsaan, dengan digelarnya Pilkada serentak di berbagai daerah di Indonesia.
Sebelumnya, panasnya dinamika Pilkada Jakarta menjadi perbincangan publik, tak hanya di ibukota, juga sampai ke masyarakat di daerah-daerah. kondisi demikian, memunculkan kekhawatiran terjadinya konflik dan pertikaian-pertikaian.
Sementara belakangan, intoleransi dan ekstremisme beragama kian menguat, ditambah dengan munculnya gerakan-gerakan yang ingin mengubah sistem negara Indonesia menjadi negara khilfah, konflik sumber daya alam (SDA), hingga maraknya korupsi.
Situasi demikian, menjadikan rakyat merindukan petuah-petuah yang sarat nilai kemanusiaan dan ke-Indonesiaan dari guru bangsa. Indonesia pernah memiliki guru bangsa yang selalu terdepan dalam membela hak-hak kemanusiaan, menjunjung keadilan, serta menguatkan identitas ke-Indonesiaan: KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
8 tahun sudah Gus Dur berpulang. Banyak yang merindu sosoknya, yang mampu menjaga keutuhan Indonesia. Kerinduan tersebut membuat GUSDURian Yogyakarta bersama berbagai organisasi lain menggelar ‘’Sewindu Haul Gus Dur’’ bertajuk “Menjadi Gus Dur Menjadi Indonesia”.
Rangkaian Sewindu Haul Gus Dur didukung lebih dari 50 organisasi, dimulai dengan tahlil di berbagai pondok pesantren pada 4 – 18 Januari di enam titik pesantren, yakni Ponpes Nurul Ummahat Kotagede, Ponpes Hindun Anisah Krapyak, Ponpes Nailul Ula Gedung Kuning, Ponpes As-Salafiyah Mlangi, Ponpes Al-Furqon Bantul, dan Ponpes Pandanaran.
Selanjutnya, 9 – 14 Januari dilangsungkan diskusi di lima pangkalan intelektual, yakni di Yayasan Syantikara, Kafe Basa-basi, Republik Guyub, Pendapa LKiS, dan Kantor PWNU Yogyakarta. Ada juga pameran mural di Kampung Kranggan, 10 – 16 Januari dan pameran fotografi pada 5 – 11 Februari mendatang di Galeri Gejayan.
Selain itu, ada Tahlil Kebangsaan dan Parade Shalawat dengan penabuh 100 Hadrah pada 20 Januari dan Ziarah Budaya pada 5 Februari di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma.
Tahlil Kebangsaan dan Parade Sholawat ini, merupakan akhir dari rangkaian acara tahlil keliling di berbagai pondok pesantren, yang akan dilaksanakan di Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kegiatan ini akan dihadiri para tokoh agama seperti Alissa Wahid (putri Gus Dur), KH. Asyhari Abta M.Pd.I (Mustasyar PWNU DIY), KH. Masud Masduqi (Rois Syuriah PWNU), Prof. Drs. H. Yudian Wahyudi, MA.Ph.D (Rektor UIN Sunan Kalijaga), Rindang Farihah (Fatayat NU DIY), Awwaludin GD Mualif (Ketua Lesbumi DIY), dan Ilham El-Quds (pimpinan Majelis Sholawat Al-Ukhuwah).
Rifai Muhammad, ketua panitia Sewindu Haul Gus Dur di Yogyakarta, menjelaskan, dengan mendoakan Gus Dur dan Mendoakan Indonesia, diharapkan bisa menyatukan seluruh elemen masyarakat dan mempertemukan para tokoh ulama dengan ormas-ormas sekitar Yogyakarta.
‘’Kegiatan ini terbuka untuk umum. Dengan mengenang Gus Dur, kita belajar kembali tentang laku, pemikiran, dan keteladanan Gus Dur untuk meneguhkan identitas kita sebagai bangsa dan menjaga tali persatuan bangsa,” katanya. (tad/ ros)