KUDUS, Suaranahdliyin.com – Pada Sabtu (7/4/2018) ini, Ma’had Aly Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus akan resmi menerima Surat Keputusan (SK), sebagai penanda resminya pendirian perguruan tinggi berbasis pondok pesantren itu di Kabupaten Kudus.
Apa yang menarik dari Ma’had Aly TBS Kudus? Ilmu Falak. Ya, konsentrasi (takhashush) di bidang kelimuan itu yang menjadikan menarik dan perhatian publik, kiranya, karena tidak banyak lembaga pendidikan Islam yang mengembangkan bidang keilmuan ini.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana sanad keilmuan falak di madrasah TBS?
Secara kesejarahan, ilmu falak telah diajarkan turun temurun sejak madrasah tersebut berdiri. Silsilah guru ilmu falak di Madrasah TBS, dimulai dari KH. Abdul Djalil Hamid, kemudian diteruskan KH. Turaichan Adjhuri.
Kiprah dan keilmuan dua kiai madrasah TBS tersebut di bidang falak, tidak diragukan. Keduanya merupakan maestro (pakar) falak, yang tidak sekadar diakui di level nasional, juga internasional.
Dengan demikian, pendirian Ma’had Aly TBS dengan konsentrasi Ilmu Falak, adalah sangat sesuai. Belum lagi, berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim pendirian Ma’had Aly TBS terhadap para santri madrasah dan pondok pesantren sekitar, sangat tepat pemilihan konsentrasi (program studi) Ilmu Falak untuk Ma’had Aly TBS.
Ilmu falak sendiri, tetap istiqamah diajarkan di madrasah TBS Kudus, dan beberapa madrasah di Kota Kretek.
Di madrasah TBS sendiri, regenerasi ilmu falak senantiasa terjaga hingga sekarang. Setelah era KH. Turaikhan Adjhuri, beberapa pakar falak TBS yang dilahirkan antara lain KH. Noor Ahmad, KH. A. Rofiq Hadziq dan KH. Drs. Sirril Wafa MA.
Saat ini, madrasah TBS juga secara juga telah melahirkan pakar-pakar falak yang meneruskan perjuangan masyayikh sebelumnya. Salah satu yang sudah cukup dikenal dan menjadi pengawal LPB Falak TBS, yaitu ustaz Azhar Latief. (ros)