
KUDUS.Suaranahdliyin.com – Pengasuh PP. Al-Inshof, Karanganyar, Solo menyebutkan bahwa isu mendirikan negara Islam sudah ketinggalan zaman. Menurutnya, isu tersebut sudah seharusnya selesai karena telah disepakati oleh para ulama dan pendiri bangsa pada masa kemerdekaan Republik Indonesia bahwa dasar negara adalah Pancasila.
“Jangan percaya dengan isu tersebut yang sudah basi dan final pada masa-masa awal kemerdekaan Indonesia,” jelasnya di hadapan ratusan jamaah yang hadir dalam Pengajian Kebangsaan Pemerintah Desa Colo bersama GP Ansor di Terminal Kompleks Makam Sunan Muria, Selasa (28/08/19).
Dalam pengajian bertajuk peringatan hari kemerdekaan ke 73 Republik Indonesia itu, KH. Abdullah Saad menyampaikan pentingnya mengetahui sejarah perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan sekaligus meletakkan ideologi dasar berbangsa dan bernegara. Ia lantas menceritakan beberapa perjuangan ulama dalam merebut kemerdekaan dari penjajah. Seperti Pangeran Diponegoro, Pangeran Sentot Prawirodirjo, KH. Asnawi Kudus, KH. Hasan Besari dan juga Jendral Soedirman.
“Para beliau itu memiliki motivasi yang sama yaitu menggelar agama Allah SWT di bumi Indonesia yang aman dan nyaman,”
Untuk itu, lanjut KH. Abdullah Saad, yang harus dipahami masyarakat sekarang ialah pentingnya rasa handarbeni (saling merasa memiliki) untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan bersama.
“Salah satu prasyarat agar kita bisa menghidupkan Iman yaitu adanya rasa aman, dan itu penting sekali kita wujudkan,” imbuhnya mengutip maqalah Syaikh Ali Al-Jum’ah.
Da’i kelahiran Desa Puyoh Kabupaten Kudus itu juga mengingatkan agar tidak mudah terprovokasi dan berprasangka buruk kepada saudara sebangsa. Ia juga meminta kepada masyarakat untuk waspada terhadap munculnya proxy war atau perang kebencian di dunia maya maupun nyata.
“Negara-negara Islam di luar sana telah berhasil dihancurkan oleh sekutu Internasional dengan perang saudara, kita jangan sampai bisa diadu domba,” tandasnya.
“Ujian kebangsaan semacam itu harus terus kita lawan dengan rasa saling percaya dan husnudzon antar sesama. Persatuan dan kesatuan harus terus kita jaga,” tambah Pengurus Lembaga Dakwah Kanzus Sholawat Pekalongan itu.
Sedikit menyinggung tahun politik dan kampanye pemilu 2019, ia mewanti-wanti masyarakat agar jangan sampai pecah karena beda pilihan calon. Menurutnya perbedaan itu adalah sunnatullah yang harus dipandang positif dengan berlomba-lomba dalam kebaikan.
“Syukur ada yang dipilih, maka jadikan itu hal positif. Mari kita terus perbaiki diri agar diberikan pemimpin dan pemerintahan yang amanah serta mengentaskan semua persoalan demi kesejahteraan bersama,” ajaknya. (rid/adb)