KUDUS, Suaranahdliyin.com – Hadir di Universitas Muria Kudus (UMK), Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum, berbagai ilmu tentang ‘’Kepemimpinan Bertumbuh’’ di hadapan para pimpinan lembaga, pimpinan fakultas dan pimpinan universitas di UMK, Selasa (13/2/2018).
Prof. Fathur Rokhman hadir membawakan materi ”Kepemimpinan Bertumbuh untuk Memimpin Perguruan Tinggi di Era Perubahan” dalam pelatihan kepemimpinan yang dibuka oleh Rektor UMK, Dr. Suparnyo SH. MS., sekitar pukul 09.27 WIB.
Pada kesempatan itu, Prof. Fathur mengupas berbagai hal, meliputi tantangan perguruan tinggi para era disrupsi, mengenal pemimpin, menumbuhkan benih kepemimpinan, memperkuat pohon kepemimpinan, merangkai jejaring pohon kepemimpinan, menghadapi terpaan badai (dalam memimpin-Red), dan menumbuhkan benih baru kepemimpinan.
”Di era disrupsi, universitas dibangun bukan dengan kekuatan, melainkan kepercayaan dan kecepatan bergerak menggapai visi besar,” ujar rektor Unnes tersebut sembari memaparkan, bahwa untuk menjadi pemimpin besar harus memulai dengan visi besar.
Selanjutnya, Prof. Fathur menjelaskan mengenai kepemimpinan yang diilustrasikan bertumbuh bagai pohon. ”Menumbuhkan benih kepemimpinan, antara lain mesti dilandasi dengan kemanusiaan, pemahaman kepemimpinan sebagai sumber kebaikan, dan bahwa menjadi pemimpin harus murah hati serta (suka) berbagi,” paparnya.
Selanjutnya, yaitu memperkuat pohon kepemimpinan. Pohon kepemimpinan, terang Prof. Fathur, tumbuh menguat dengan intelektualitas, integritas dan kerja keras. ”Pemimpin itu menemukan dan memahami aturan organisasinya serta tidak pernah berhenti belajar,” ungkapnya.
Lalu, bagaimana merangkai jejaring pohon kepemimpinan? ”Harus membangun komunikasi yang tulus dengan menjadi pendengar yang baik dan membangun komunikasi yang baik. Keterbukaan adalah kesempatan emas mengakselerasi laju organisasi untuk mencapai visi lebih cepat,” tuturnya.
Dijelaskan oleh Prof. Fathur, bahwa terpaan badai dalam kepemimpinan, seringkali muncul. Dan di posisi ada terpaan badai dalam sebuah kepemimpinan, maka seorang pemimpin tidak boleh menyerah. ”Pemimpin dapat gagal, tetapi tidak boleh menyerah,” tegasnya.
Di akhir paparannya, Prof. Fathur menguraikan mengenai menumbuhkan benih baru kepemimpinan. ”Kepemimpinan bertumbuh menyiapkan dan membesarkan pemimpin baru, dan bisa menjaga tradisi dengan menampilkan karakter kepemimpinan inovatif,” tuturnya. (luh/ ros)