Ramadan memiliki makna yang sangat istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selain menjadi bulan penuh berkah dan ampunan, juga menyimpan sejumlah kenangan yang tak terlupakan bagi setiap individu yang menjalankannya.
Apa saja kenangan indah yang seringkali menghiasi Ramadan?
Pertama, tidak dapat dimungkiri bahwa momentum berbuka puasa, selalu menjadi saat yang dinanti-nantikan. Ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, keluarga-keluarga berkumpul, menunggu dengan sabar untuk menikmati hidangan yang telah disediakan.
Suasana kehangatan dan kebersamaan, memenuhi ruang. Saat azan Maghrib berkumandang, momentum yang dinantikan pun tiba; buka puasa.
Setiap suapan makanan terasa begitu nikmat, tidak hanya karena rasanya yang lezat, tetapi juga karena atmosfer kebersamaan yang mengelilinginya.
Sedang kami (santri/ santriyahI yang menjalankan puasa Ramadan di pondok pesantren, tanpa hangatnya kebersamaan keluarga dan saudara, menjadi kenangan indah tersendiri bagi kami.
Mulai dari waktu sahur hingga berbuka, kami isi waktu dengan mengaji. Bakda Shubuh kita mulai dengan pertemuan untuk belajar, menambah sekaligus membahas kosakata Bahasa Arab yang akan kami pelajari.
Setelah itu, dilanjutkan dengan belajar mengajar dengan guru masing-masing. Dan di waktu siang selesai salat Zuhur, mengaji lagi dengan kitab yang berbeda.
Yang paling seru, adalah ketika kami mengaji di waktu menjelang berbuka puasa, karena hampir seluruh santriyah yang mengaji, menjadi kurang fokus lantaran teralihkan dengan takjil yang sudah disediakan.
Seru. Bagaimana kami selalu berlari-lari kecil, mengantre, untuk mendapatkan takjil dengan segera. Dan selanjutnya, aktivitas mengaji kembali dilakukan selepas salat tarawih.
Tak hanya itu, setiap malam di saat Ramadan, menjadi serasa istimewa. Malam yang sunyi dan penuh kedamaian, waktu mereka berkumpul di rumah atau di masjid, untuk beribadah bersama.
Berbeda dengan kami yang ada di pondok, yang hanya bisa bergurau dengan teman dan menatap langit, untuk merenung. Selain itu, membaca Al-Quran, salat Tarawih dan berkumpul bersama teman untuk mengaji rutin, yang memberikan kedekatan dan kebahagiaan bagi kami yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Suasana tersebut memberikan kesempatan bagi kami, untuk selalu mensyukuri kehidupan ini, menambah solidaritas kami, dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kebersamaan yang indah.
Tidak ketinggalan pula, sahur bersama menjadi momentum tak terlupakan selama Ramadan. Meski terasa sulit untuk bangun di tengah malam, tetapi kebersamaan dalam menyiapkan dan menyantap sajian sahur, juga membawa kebahagiaan tersendiri.
Sembari menikmati hidangan yang ada, kami berbagi cerita, diselingi gelak tawa dan saling memberi semangat satu sama lain. Kondisi itu semakin menambah akrab suasana, rasa kantuk seolah lenyap, digantikan oleh kebersamaan yang menyenangkan.
Selain momentum tersebut, hal penting lain yang luar biasa, adalah adanya solidaritas yang tinggi, terutama dalam hal berbagi dengan sesama. Salah satunya melalui program berbagi takjil.
Yah, rasanya tak ada yang lebih membahagiaan daripada melihat senyum bahagia kami saat berebut takjil, dan berbagi lauk makanan.
Hal-hal itulah, yang menjadikan Ramadan menjadi sangat istimewa dan sarat kenangan indah. Bulan istimewa penuh rahmat dan keberkahan, sekaligus bulan berkah nan tepat untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Wallahu a’lam. (*)
Fadlilatun Naila,
Santriyah Pesantren Literasi Prisma Quranuna Kudus/ Mahasiswa Prodi Tasawuf dan Psikoterapi IAIN Kudus.