KUDUS, Suaranahdliyin.com – Menukil keterangan dari Tafsir Showiy, Mustasyar PBNU KH. Sya’roni Ahmadi menerangkan tiga kategori wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. “Wahyu yang diturunkan kepada Nabi itu terbagi dalam tiga bagian,” tuturnya dalam pengajian tafsir al-Quran di Masjid al-Aqsha Menara Kudus, Senin (13/05/19).
Pertama, lanjutnya, ialah wahyu yang harus dilakukan Nabi secara pribadi dan tidak dilakukan bersama umatnya. Maksudnya, perintah tersebut diwajibkan hanya kepada Nabi Muhammad saja sedangkan umatnya tidak. “Kedua, wahyu yang harus dilakukan Nabi bersama umatnya. Seperti halnya (yang ada dalam) Al-Quran,” tambahnya.
Ketiga, wahyu yang diperuntukkan kepada Nabi Muhammad yang boleh disampaikan kepada umatnya dan boleh juga tidak disampaikan. Contohnya ajaran tarekat dan bacaan qira’ah sab’ah. “Makanya ada yang ikut thariqah ada yang tidak. Sebab dulu ada yang didawuhi Nabi dan ada yang tidak,” jelasnya.
Sesepuh masyarakat Kudus ini mencontohkan lafadz dzikir yang berupa ismu dzat, yaitu Allahu Allah hanya disampaikan kepada Sayyidina Abu Bakar. Sedangkan Sayyidina Umar dan Sayyidina Utsman tidak menerimanya sebagai amal tarekat. “Kemudian lafadz dzikir. La ilaha illallah itu yang menerima Sayyidina Ali. Makanya beda-beda,” terangnya.
Menurut KH. Sya’roni, contoh lain dari wahyu kategori ketiga adalah bacaan qira’ah sab’ah. Tidak semua orang bisa mengamalkan atau membaca al-Quran dengan model qiraah sab’ah. “Makanya yang bisa qiraah sab’ah itu jarang. Tidak semua bisa. Sebab itu termasuk wahyu bentuk ketiga. Yang oleh Nabi boleh diajarkan, boleh tidak,” tuturnya. (rid, gie, luh, mail/ rod, adb)