Oleh : Akhmad Sururi
Innalillahi wainna ilaihi raajiub, suasana duka menyelimuti keluarga besar NU Brebes. Kamis dini hari (28/3/2025) kemarin, Wakil Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) kecamatan Larangan Brebes KH Fahruri telah berpulang ke Rahmatullah dalam usia 75 tahun.
Mengenang sosok almarhum, KH Fahruri adalah seorang kiai yang memiliki perjuangan atau pengabdian yang besar dalam dunia pendidikan. Selama 67 tahun, KH. Fahruri menghabiskan separuh hayatnya untuk pengabdian di MTs As-Salafiyah Brebes. Beliau purna dari pengabdian karena penyakit pengapuran pada tulang di kakinya sehingga memaksa harus istirahat di rumah.
Sebagai alumni MTS As-Salafiyah, penulis mencatat sosok KH. Fahruri istiqomah mengajar fiqh. Sehingga di kalangan santri didiknya, ia mendapat julukan Sang Guru Fiqh.
Kompetensi di bidang Fiqih tidak diragukan lagi. Saat menerangkan mapel Fiqih begitu gamblang dan mudah difahami oleh murid muridnya. Di hadapan siswa MTs saat mengajar, Ia tegas dengan suara yang khas lantang, sehingga di ruang kelas tidak ada yang mengantuk.
Di luar kelas, KH.Fahruri sangat akrab dengan siswa-siswi sehingga terkenang hampir seluruh siswa-siswi MTs As Salafiyah Sitanggal Brebes.
Sebagai guru Mapel Fiqih, KH Fahruri adalah guru yang berpegang teguh kepada aturan normatif yuridis dalam bertindak dan bersikap. Beliau menjadi rujukan masyarakat desa Siandong Kec Larangan dalam persoalan keagamaan termasuk tentang kemasyarakatan terkait dengan hukum Fiqih.
Untuk menambah pengetahuan Fiqih KH. Fahruri juga sering sowan kepada Al Magfurlah KH Sihabudin Tahmid ( santrinya Mbah Hasyim Asy’ari di Jagalempeni ) untuk konsultasi tentang hukum Fiqih. Saat sowan dengan suasana keakraban penuh dengan bahasan tentang hukum Fiqih. KH Sihabudin memang terkenal dengan alim Fiqih yang menjadi rujukan hukum Fiqih di Kab Brebes.
Dalam beberapa pengajian di wilayah Siandong, kalau yang ceramah KH Sihabudin, dipastikan KH Fahruri hadir ikut ngaji. Sebab, KH Sihabudi lebih seneng dengan pengajian yang betul murni kajian keilmuan. Tidak seperti saat sekarang yang sebagian besar pengajian didominasi oleh mubaligh yang membuat pengunjung tertawa.
Lebih dari itu, KH. Fahruri juga membuka majelis ta’lim dengan kajian Tafsir. Hal tersebut dibuktikan saat penulis melihat koleksi kitab kitab yang tersimpan di ruang depan. Koleksi kitab tafsir lumayan banyak hampir seimbang dengan kitab Fiqih. Mulai kitab Tafsir Jalalain sampai tafsir yang berjilid 10 dengan sampul yang sudah lama, menjadi peninggalan Beliau.
Sebagai alumni Pondok Pesantren Tebuireng KH Fahruri secara geneologis keilmuan bersambung dengan KH Hasyim Asyari, pendiri NU. Itulah yang menyebabkan sepulang dari Pondok Pesantren Tebuireng langsung aktif bergabung bersama dengan PC GP Ansor Kab Brebes.
Menurut penuturan Istri Hj Samroh, KH Fahruri saat masih muda aktif dengan kegiatan Ansor tingkat Kabupaten Brebes. Beliaulah yang memimpin saat mengumandangkan mars Ansor.
Masih terngiang dibenak sang Istri saat bersama sama berangkat pada kegiatan Ansor Kab Brebes di kediaman KH Mansur Tarsudi (saat ini sebagai Mustasyar PCNU Brebes) , KH Fahruri tampil di depan memimpin Mars GP Ansor.
Saat takziyah bersama kawan alumni satu angkatan, penulis menerima beberapa kisah KH. Fahruri kala masih hidup dari Istri dan keponakannya, Ali Asnawi.
Kami bertiga juga sempat bercerita saat KH Fahruri mengajar di MTs As Salafiyah Sitanggal. Selamat jalan Guru Fiqih yang tegas dan penuh kasih sayang dengan siswa siswinya. Al Fatihah.(a)
.Akhmad Sururi
Adalah Sekretaris MWCNU Wanasari Brebes