Kartini’s Up, Komunitas Penggerak Kesetaraan Gender Jepara

0
785
Komunitas gender Jepara foto bersama

JEPARA, Suaranahdliyin.com – Peran perempuan di ruang publik sampai saat ini masih kurang diperhitungkan. Posisi perempuan seringkali dianggap sebagai individu lemah yang harus dilindungi laki-laki. Suara dan aspirasi perempuan tidak begitu dilirik oleh ruang-ruang publik yang masih kental dengan budaya patrialkial.

Hal itu yang mendasari generasi muda di Jepara untuk membuat gerakan komunitas yang mendorong terciptanya kesetaraan gender di Jepara. Komunitas itu bernama Kartini’s Up Jepara.

Anis Machfudoh, salah satu penggerak Kartini’s Up Jepara, mengatakan komunitas ini dibangun atas keresahannya dan teman-temannya atas ketimpangan gender di masyarakat Jepara. Ia mengakui, relasi kuasa dan budaya patriarki masih sangat melekat dan menyudutkan posisi perempuan.

Gerakan dibangun pada tahun2019 lalu itu, kata Anis, dibentuk untuk mengkampanyekan kesetaraan gender dan membahas isu-isu perempuan yang ada di Kabupaten Jepara. Komunitas yang beranggotakan 25 orang itu tak hanya diikuti oleh anggota perempuan saja, tetapi juga laki-laki dan beberapa gender lainnya.

“Kita memang menjaring teman-teman yang tertarik untuk konsen di isu-isu perempuan di Jepara. Kami menarik anak-anak muda, komunitas, berkolaborasi bergerak bersama,” ujarnya, Jumat (18/11).

Anis menambahkan, agenda rutin yang dilakukan seperti diskusi, bedah film, menyelenggarakan event dimaksudkan untuk mengampanyekan visi misi Kartini’s Up agar perempuan lebih dilibatkan di ruang-ruang publik. Sehingga nantinya, diharapkan melalui gerakan ini, masyarakat di Jepara dan sekitarnya tidak memandang perempuan sebagai makhluk lemah.

“Perempuan adalah makhluk yang setara dengan laki-laki. Mereka juga mempunyai hak yang sama dalam hal pendidikan, pekerjaan, hingga posisi di pemerintahan atau ruang publik lainnya,” tambahnya.

Dengan begitu, pihaknya juga berharap Kartini’s Up menjadi ruang yang aman dan nyaman bagi perempuan atau masyarakat Jepara yang tidak mendapat ruang atau termarjinalkan. Perempuan-perempuan yang masih mengalami kesulitan, diskriminasi, atau mendapat stigma dari masyarakat.

“Hal-hal semacam itu perlu didobrak supaya perempuan juga berani menyuarakan pendapatnya, menunjukkan eksistensi di ruang publik, dan masyarakat memandang kesetaraan gender sebagai hal positif yang harus didukung banyak pihak,” tegasnya. (syim/ adb)

Comments