KUDUS, Suaranahdliyin.com – Penjabat (Pj) Bupati Kudus, M Hasan Chabibie, menghadiri Pasamuan Ta’sis dan Suluk Tajug Menara yang mengusung tema “Merawat Pranatan Menjaga Peradaban” di panggung utama Gedung Yayasan Menara Kudus, Selasa (30/1/2024) lalu.
M Hasan Chabibie dalam sambutannya mengajak masyarakat untuk melakukan refleksi dan merenungkan diri, melalui acara ta’sis ini. Harapannya, masyarakat dapat memperbaiki diri dan melestarikan ajaran Sunan Kudus sebagai warisan peradaban masa depan.
“Kita perlu refleksi diri dalam momentum ta’sis ini, supaya bisa memperbaiki diri untuk melestarikan warisan Kanjeng Sunan Kudus,” tuturnya.
Hasan menambahkan, bahwa ta’sis Masjid Al Aqsha Menara Kudus, adalah salah satu cara menghormati leluhur serta melestarikan budaya yang diwariskan oleh Sunan Kudus. Sehingga Pj Bupati pun menekankan pentingnya toleransi dan menghargai perbedaan, sebagai nilai-nilai yang diajarkan oleh Sunan Kudus.
“Upaya yang seharusnya kita lakukan yaitu hormati leluhur serta lestarikan budaya yang diwariskan, juga pentingnya toleransi dan menghargai peradaban,” pesannya.
Dia pun meminta doa restu dan dukungan semua pihak, atas upaya pengajuan gelar Pahlawan Nasional untuk KH R Asnawi. “Beberapa hari lalu saya menandatangani usulan dan pembentukan tim pengusulan Kiai Raden Asnawi sebagai Pahlawan Nasional,” ujarnya.
Sekadar informasi, KH R Asnawi adalah salah satu ulama kenamaan di Indonesia pada masanya. Dia melakukan rihlah ilmiah di Mekah selama 20 tahun. Di Tanah Suci, ia tinggal di kediaman Syaikh Hamid Manan yang juga berasal dari Kudus, dan kemudian menikah dengan Nyai Hamdanah, janda dari Syaikh Nawawi al-Bantani.
Pada 1916, Kiai Asnawi kembali ke tanah air dan menjadi salah satu motor pendirian Madrasah Qudsiyyah. Ia juga bergabung dengan Sarekat Islam (SI), dan pada 1918, diamanahi sebagai penasihat SI.
Sosok Kiai Asnawi juga dikenal sebagai ulama antipenjajah. Ia menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada para murid atau santrinya, dan menggelorakan semangat perlawanan kepada pemerintah colonial.
Suatu Ketika pada masa pendudukan Jepang, Kiai Asnawi didakwa memiliki senjata. Atas tuduhan itu, kediaman dan pondoknya dikepung oleh pasukan Jepang, dan Kiai Asnawi kemudian dibawa ke markas Pati.
Kiai Asnawi wafat dalam usia 98 tahun, tepatnya pada 26 Desember 1959 M bertepatan dengan 25 Jumadal Akhirah 1378 H. Jenazahnya dimakamkan di belakang Masjid Menara Kudus, di kompleks makam Kanjeng Sunan Kudus. (mail/ ros, adb)