KUDUS, Suaranahdliyin.com – Memeringati hari jadi ke-1, Penggiat Konservasi Muria (PEKA Muria) mengadakan ziarah ke makam Sunan Muria dan Sokib Garno Sunarno (t,okoh pelindung Muria), Kamis (11/7/2024).
Ketua PEKA Muria Teguh Budi Wiyono, mengatakan refleksi hari jadi ini dimulai dari ziarah ke makam Sunan Muria. Ziarah dilanjutkan ke makam Sokib Garno Sunarno, pelindung hutan muria sekaligus ketua Perkumpulan Masyarakat Pelindung Hutan (PMPH) Muria.
“Sokib sebagai pelopor terlahirnya masyarakat pelindung hutan muria. Cikal bakal kami mendirikan organisasi PEKA Muria. Dari kegigihan beliau menjaga kelestarian hutan muria, menjadi pelejit semangat untuk meneruskan kiprah pendahulu”jelas Teguh.
Tidak dipungkiri memang, terbentuknya PEKA Muria didasari dengan semangat remaja – remaja Desa Colo dan juga beberapa anggota terdahulu dari PMPH Muria.
“PMPH yang sudah bergerak lebih dulu menjadi wadah masyarakat muria untuk melindungi sumber kehidupan mereka,”ungkapnya.
PEKA Muria sendiri, lanjut dia, adalah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang Konservasi Hutan, dengan mengutamakan menjaga dan meleatarikan hutan muria. Legalitasnya sudah terdaftar di Kemenkumham sebagai yayasan yang bergerak dalam pendidikan, perlindungan inklusif dan pengembangan penelitian flora dan fauna di Pegunungan Muria.
“Terbentuk pada 12 Juli 2023 silam, PEKA Muria mampu menjaring kerjasama dengan berbagai kalangan. Yayasan Sintas Indonesia, Djarum Foundation dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) turut berkolaborasi untuk meningkatkan konservatorium di Hutan Muria.”tuturnya.e
Saat ini, PEKA Muria sudah melakukan pemasangan kamera trap untuk mendeteksi endemik Macan Tutul Jawa dan juga ekosistemnya.
“Selain itu, penanaman dan patroli hutan juga sering digalakkan untuk meminimalisir terjadinya penggurunan hutan,” kata Teguh.
Acara peringatan setahun PEKA Muria ditutup dengan kegiatan Tasyakuran dan Fun Camp di Dadonga. Harapannya, Yayasan PEKA Muria mampu menjaga ekosistem biodiversiti di hutan Muria.
“Karena kami sadar, bahwa masyarakat colo dan desa pinggiran hutan lainnya, pasti bergantung pada hutan. Ketika hutan terjaga, maka kehidupan desa juga akan terjaga”ujar Teguh.(mail/adb) ).