SEMARANG, Suaranahdliyin.com – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyampaikan, amaliyah kita ini sebetulnya tabarukan atau dengan bahasa lain amaliyah katrolan.
“Kita tidak punya apa-apa, akhirnya bisa menjadi apa-apa atau dianggap apa-apa karena kita ini terkatrol,” katanya dalam Halalbihalal Nasional PBNU yang bertema ‘Syawalan Bahagia Menuju NU Digdaya di Abad Kedua’ di Auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Ahad (14/5/2023) lalu.
Kiai Miftach mengingatkan, kalau tahu amal kita amal katrolan, seharusnya sadar bahwa tidak ada kebanggaan, kecuali kita niat berkhidmat agar katrolan ini mulus. “Untungnya kita hidup di akhir zaman menjadi kelompok umat Nabi Besar Muhammad. Umat yang nantinya diharapkan menjadi juri, saksi kepada umat-umat lain. Umat yang wasathi, merupakan kata atau kalimat jami’ lima’ani li’adl walkhair walistiqamah: ada keadilan, ada kebaikan, dan ada istikamah,” tuturnya.
Menurutnya, itu adalah tugas yang diperankan umat wasathiyah. “NU termasuk umat yang wasathi, yang khairu ummatin ukhrijat linnaas. Yang ciri khasnya ta’muruuna bilma’ruufi watanhauna ‘anilmungkaari watu’minuunabillah,” ujarnya.
Wasathiyah, lanjut Kiai Miftach, adalah konsep luar biasa, karena wasathiyah yang di antaranya memuat keadilan adalah jaminan suksesnya sebuah bangsa. Imam Al Ghazali menyatakan dalam kitab at Tibrul Masbuk, dunia ini telah dikuasai orang Majusi tidak kurang empat ribu ribu tahun karena menerapkan keadilan.
Disampaikannya, orang Majusi itu penyembah api dan tidak iman kepada Allah, tapi mempraktikkan keadilan dalam kemasyarakatannya. “Apalagi kalau kita (muslim) yang menerapkan?” tantangnya.
Dikatakan, Rasul juga sempat menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Kaisar Majusi Anu Sirwan karena keadilan dan kejujurannya. “Jadi (adil) ini modal. Kita sebagai umat katrolan kalau tidak punya semangat kejujuran dan keadilan, yaa, sudah habis kita,” tegasnya.
Dia melanjutkan tentang al khair (kebaikan). Yakni kita punya mabadi’ khairu ummah. Di situlah nilai-nilai kita untuk bisa bersaing dengan umat dan bangsa-bangsa yang lain. Sudah banyak pendahulu kita mempersiapkan nahdliyin – nahdliyat untuk bisa bersaing menjadi umat terbaik.
Kemudian istikamah. Ada pilpres tidak ada pilpres – pileg (tetap) istiqamah: dakwahnya adalah dakwah ‘amar ma’ruf nahi mungkar. “Bila kita melangkah memasuki suatu ruang harus disertai nilai ‘amar ma’ruf nahi mungkar. Karena ‘amar ma’ruf nahi mungkar ini sangat luas mengisi setiap ruang. Tidak bisa kita nanti dituduh sebagai ‘pemain politik’ karena yang kita perankan adalah ‘amar makruf nahi ‘anilmungkar, menyebar khairat dan keadilan,” terangnya.
Kembali Fitrah Kemanusiaan
Kiai Miftach juga mengajak mensyukuri atas anugerah kesekian kalinya kita bisa bertemu Ramadhan untuk lebih mengenali siapa diri kita sesunghuhnya. “Kalau pajenengan ingin tahu siapa kita? Ramadhan itulah kita. Pengekangan, hal-hal yang halal pun kita harus atur secara tertib. Sehingga kita bisa mengontrol semuanya. Itu sebulan penuh. Ini sebetulnya sebagai bekal (kontrol) 11 bulan yang akan datang. Sehingga disebutkan kita kembali ke fitrah kemanusiaan,” ungkapnya.
Disampaikannya, orang yang kembali kepada fitrah mudah diajak melakukan kebenaran dan mudah tersentuh. Halal bihalal memang suatu yang layak untuk kita. “Jadi halal bihalal itu memang paralel dan sangat layak setelah kita kembali kepada fitrah,” katanya.
Dirinya menambahkan, kita mesti merenung di saat kita kembali kepada kefitrahan, yakni tentang keberadaan kita sebagai khalifah: pemimpin dan pengatur bumi, menyampaikan hak, serta ibadah kepada ilahi. “Semua gerakan kita, amaliyah kita, dan organisasi – jamiyah yang tercinta ini harus bernilai ibadah,” ujarnya.
Ditambahkan, PBNU harus punya sebuah konsep agar anggota yang besar ini terus di dalam bangunan tata tertib untuk kebersamaan serta kemaslahatan kita semuanya.
Keluarga Maslahat NU
Ketua PBNU KH Yahya Cholil Tsaquf mengatakan, prinsip PBNU adalah semua pekerjaan, agenda, dan program harus dilakukan dengan tatanan yang rapi dan tertib supaya tidak menjadi masalah di kemudain hari. “Semuanya harus jelas sejak awal dengan sistem yang jelas. Supaya kita tidak lagi asal-asalan,” katanya.
Disampaikan, ada satu agenda yang tidak bisa kita tunda-tunda, yaitu jamiyah ini harus segera (lebih) membuktikan kerjanya di tengah-tengah warga.
“Setahun ini yang dilakukan PBNU itu cuma ngomong saja. Kita mau ini, kita mau itu sehingga membangkitkan semangat banyak orang. Saya yakin MWC ini bangkit semangatnya gara-gara diomongi PBNU selama ini. Apalagi warga, semuanya bangkit semangatnya,” terangnya.
Dinyatakan, PBNU menetapkan bahwa bingkai dari program dan kegiatan nanti dalam lokus target yaitu keluarga. Semua program, khidmah, dan kegiatan yang dilakuakn NU harus bisa dirasakan manfaatnya dan atsarnya di tingkat keluarga.
“Maka semua agenda dan program NU kita bingkai dalam keluarga dan kita namai Gerakan Keluarga Maslahat NU,” tegasnya. (siswanto ar/ ros, rid, adb)