MAGELANG, Suaranahdliyin.com – Salah satu yang menjadi kebanggan warga Jawa Tengah saat ini, adalah telah berdirinya Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) An Nuur di Kabupaten Magelang, yang pembangunannya dilakukan sejak 2022.
Menarik, lantaran keberadaan MAJT An Nuur di Kabupaten Magelang ini tidak sekadar untuk aktivitas ibadah umat Islam, melainkan juga untuk mendukung daerah Borobudur sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
Sebagaimana penegasan yang pernah disampaikan oleh Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, bahwa fasilitas yang di MAJT Magelang, selain untuk beribadah, juga bisa digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat muamalah.
“Kami harapkan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan muamalah yang sifatnya sosial, pendidikan keagamaan, dan ekonomi syariah,” tutur Pj Gubernur Jawa Tengah itu pada pekan terakhir Oktober 2024 lalu.
Harapan Pj Gubernur Jawa Tengah itu, tentu bukan isapan jempol belaka. Melainkan faktanya, masjid yang berlokasi di Jalan Raya Soekarno Hatta, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang yang berdiri di atas lahan milik Pemkab Magelang seluas 1,9 hektare dan milik Pemprov Jateng seluas 3,2 hektare, ini bisa menampung sebanyak 8.000 jamaah.
Selain itu, terang Nana Sudjana, waktu itu, juga dilengkapi dengan ruang islamic center, yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan keumatan, ruang rapat, serta poliklinik. “Karena masjid ini dekat dengan lokasi wisata Borobudur, sehingga bisa menjadi salah satu obyek wisata religi,” lanjut Pj Gubernur Jawa Tengah itu menambahkan.
Jadi Pusat Riset
Keberadaan MAJT An Nuur di Kabupaten Magelang dengan upaya pemaksimalan pemanfatannya itu pun, menuai apresiasi banyak kalangan. Salah satunya dari Dr H Nur Said SAg MAg MA.
Pemerhati budaya dari IAIN Kudus ini mengutarakan, bahwa MAJT An Nuur Kabupaten Magelang yang dilengkapi dengan islamic center, ini membuka peluang-peluang untuk melakukan kajian-kajian keislaman dan juga budaya.
“Menilik adanya ruang Islamic center ini, semoga menjadi angin segar guna mendorong adanya kajian-kajian serta riset-riset keislaman dan juga budaya. Terlebih, keberadaan masjid ini lokasinya dekat dengan memungkinkan untuk lokasi wisata Borobudur,” ungkapnya, Selasa (10/12/2024).
Dr Nur Said yang juga pengasuh Pesantren Riset Sains Spiritual Moderasi Al-Qur’an (PRISMA) Quranuna Kudus ini pun berharap, di antara kajian-kajian dan riset yang mesti dilakukan adalah terkait moderasi beragama.
“Islam sebagai rahmatan lil alamin, adalah hal yang mestinya tidak sekadar menjadi wacana, melainkan harus dimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi, kajian-kajian dan riset soal ini, juga untuk menarik untuk dilakukan,” kata Dr Nur Said menambahkan.
Dan secara umum dia mengemukakan, kajian dan riset dalam berbagai disiplin ilmu bida digalakkan di MAJT An Nuur Kabupaten Magelang ini.
“Peradaban Islam pernah mengalami kemajuan yang sangat luar biasa, sehingga pada masanya dikenal dengan the golden age of Islam. Itu berkat penerjemahan-penerjemahan dan riset-riset dilakukan para cendekiawan. Saya kira, adanya ruang Islamic center di MAJT An Nuur Kabupaten Magelang ini, juga bisa mengambil spirit dalam upaya memajukan tradisi keilmuan melalui pemajuan literasi dan juga mendukung riset-riset ilmiah,” ujarnya.
Bidang Sejarah dan Parekraf
Sementara Dr Edy Supratno MHum, sejarawan lulusan Program Doktor (S3) di Universitas Gadjah Mada (UGM), memiliki harapan senada dengan Dr Nur Said, utamanya dalam hal pemajuan literasi dan riset-riset ilmiah.
Dalam pandangannya, bidang sejarah juga perlu mendapat tempat dalam dalam pengembangan dan aktivitas literasi, kajian-kajian dan riset ilmiah yang dilakukan.
“Di Kabupaten Magelang dan sekitarnya ini, banyak bangunan-bangunan bersejarah yang perlu dilakukan riset-riset secara berkelanjutan. Bisa jadi tidak hanya sejarah semata, tetapi bisa juga berkolaborasi dengan bidang-bidang keilmuan lain,” bebernya.
Menurut Dr Edy Supratno yang merupakan ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syekh Jangkung Kayen Pati ini, riset-riset sejarah cukup penting digalakkan, karena itu bisa mendukung daerah Borobudur sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
“Jadi jika ada masyarakat berkunjung ke Borobudur, maka akan mendapatkan ilmu dan wawasan lain mengenai Borobudur dan tempat-tempat bersejarah lain yang ada,” terangnya saat dihubungi Suaranahdliyin.com melalui ponselnya, Selasa (10/12/2024).
Dengan demikian, terangnya, maka tentu akan semakin menambah minat masyarakat untuk berkunjung. “Banyaknya masyarakat yang datang berkunjung, maka sektor lain pun akan terdongkrak, khususnya bidang pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf),” katanya. (Rosidi)