Oleh: Zadit Taqwa
“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 Pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. (Ir. Soekarno)

Pemuda, sangat identik dengan semangat dan idealisme yang membara. Dengan adanya Pemuda, suatu bangsa maupun negara mempunyai generasi-generasi untuk meneruskan perjuangan pendahulunya. Pemuda ibarat mesin penggerak, yang kehadirannya dinantikan untuk menghadirkan sebuah “perubahan”.
Rasululullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadis: “Aku berpesan kepadamu supaya berbuat baik kepada golongan pemuda, sesungguhnya hati mereka paling lembut. Sesungguhnya Allah telah mengutusku membawa agama Hanif ini, lalu para pemuda bergabung denganku dan orang-orang tua menentangku.” (HR Bukhari)
Pemuda dan Teknologi
Pemuda kini, tak terkecuali pemuda Islam, berada di era yang disebut dengan revolusi 4.0 dan society 5.0, atau yang akrab dikenal dengan generasi millenial. Sebuah generasi dengan beragam tantangan yang tak mudah, karena cepatnya perkembangan teknologi dan informasi.
Perkembangan yang ada, telah memaksa mereka untuk bersikap adaptif, kritis, observatif, luwes, dan visioner, agar mampu bertahan dalam konteks persaingan global. Pemuda saat ini, dituntut paham dalam mengaplikasikan teknologi atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar tidak “tertinggal” oleh zaman.
Dari yang sederhana, seorang pemuda dituntut bisa memanfaatkan media-media sosial di dunia maya, baik itu Instagram, Facebook, Whatsapp, Twitter, Youtube, Blogger, dan lain sebagainya. Mulai dari yang sekadar mengunggah hal-hal baik, memotivasi, dan menginspirasi orang lain, hingga yang mampu memanfaatkannya untuk berbisnis.
Dan di masa pandemi ini, perangkat digital itu begitu nyata perannya, baik dalam bidang perekonomian, pembelajaran, pekerjaan, dan beragam aktivitas lain, dengan menjalankan segala aktivitas secara online (daring).
Dan harus diakui, perkembangan IPTEK yang sangat cepat, sangat berdampak terhadap perubahan di segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, budaya maupun pendidikan. Namun, pemahaman tentang Islam saat ini, nampaknya belum mampu memberikan perbaikan moral bagi manusia, khususnya generasi muda saat ini.
Padahal, kontribusi di bidang perbaikan moral, sangatlah penting. Oleh karena itu, kita perlu menanamkan pemahaman Islam bagi bangsa, negara, terutama untuk generasi muda. Ilmu agama sangat penting diberikan, sebagai bekal generasi muda dalam menjawab segala tantangan zaman di era milenial.
Dengan perangkat digital yang ada, generasu muda bisa mengambil peran maksimal untuk meneruskan, menyebarkan dan mendakwahkan Islam ramah dan toleran kepada masyarakat (umat) secara luas. Tidakkah dengan demikian, penting bagi generasi muda untuk menguasai IPTEK dan memanfaatkan perangkat digital demi kebaikan? Wallahu a’lam. (*)
Zadit Taqwa,
Penulis adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said, Surakarta.