
SETELAH sejenak memeringati malam Nuzulul Quran, ku baca WA banyak yang masuk. Ada yang mengajak diskusi ke dekat maqam Mbah Datuk. Kawan-kawan muda mengajak diskusi “gayeng” tentang sejarah Jepara di pelataran Regol Ngabul.
Perbincangan dengan kawan-kawan muda milenial, pun, sangat seru hingga larut malam. Di pelataran Regol Ngabul, anak-anak muda bangsa di Bumi Kartini antara lain asyik membincang tentang sejarah Jepara, dengan membuka banyak referensi yang “jadug-jadug” dari sejarah tutur sampai pada referensi berat Summa Oriental, Sejarah Indonesia Modern, dan Babad Tanah Jawa.
Bahkan kawan-kawan intelektual muda tersebut sampai membuka silsilah penguasa tanah Jepara terakhir, yaitu Kerajaan Kalinggapura, di bawah kekuasaan seorang Ratu bernama Kamala Warna Dewi Dyah Sudayita (Wong Agung Jeporo) di bawah naungan Majapahit pada 1447 M, yang kemudian diteruskan oleh menantunya, Pate Onus (putra Syaikh Abdul Khaliq Idrus).
Kekuasaan Pate Onus direkam secara “apik” oleh Tome Pires dalam bukunya Summa Oriental. Jepara pada masa itu memiliki dua kerajaan. Pertama, Kerajaan Jepara di bawah kepemimpinan Pate Onus. Kedua, Kerajaan Tidunan (kini: Desa Tedunan) di bawah kepemimpinan Pate Orob. Pate Orob merupakan kakak dari Syaikh Abdul Khaliq Idrus, ayahanda Pate Onus. Kerajaan Tidunan sendiri berada di perbatasan antara Kerajaan Demak utara dengan Kerajaan Kalinggapura di Jepara Selatan (Desa Tedunan).
Setelah Pate Onus Meninggal, Kerajaan Kalinggapura Jepara diserahkan kepada putranya, Pangeran Sabrang Lor (Adipati Unus), yang memiliki nama lengkap Abdul Qadir. Abdul Qadir diambil menantu oleh Pate Rodim (Raden Fatah), Raja dari Kerajaan Demak.
Sepeninggal Raden Fatah, Adipati Unus diangkat menjadi Raja Demak, sehingga dimungkinkan Kerajaan Kalinggapura Jepara yang mulanya berdiri sendiri, kemudian menjadi bawahan Kerajaan Demak.
Setelah Adipati Unus meninggal, digantikan oleh putra Raden Fatah yang berjuluk Sultan Trenggono. Sewaktu Sultan Trenggono berkuasa di Demak, diangkatlah Nyai Retno Kencono, putrinya, menjadi penguasa Jepara dengan nama kerajaan baru, yaitu Kerajaan Kalinyamat, dengan ratunya yang masyhur; Ratu Kalinyamat.
Pertanyaannya kemudian, saat Adipati Unus menjadi Raja di Kerajaan Demak, Kerajaan Kalinggapura Jepara waktu itu dipimpin oleh siapa? Apakah diganti oleh Sultan Hadlirin? Atau langsung menjadi bawahan Kerajaan Demak?
Perlu kita ketahui, sebagaimana dicatat dalam Summa Oriental, bahwa Kerajaan Kalinggapura Jepara saat dipimpin Pate Onus, tidak pernah menjadi bawahan Kerajaan Demak di bawah kepemimpinan Pate Rodim, bahkan kekuasaan Kerajaan Kalinggapura Jepara jauh lebih besar dibanding Kerajaan Demak.
Selain itu, Kerajaan Demak dan Kerajaan Kalinggapura Jepara itu tidak berani (tepatnya segan) dengan Kerajaan Tidunan Jepara, karena penguasa Kerajaan Tidunan, yaitu Pate Orob, secara usia lebih tua daripada keduanya.
***
Ngobrol dengan kawan-kawan (intelektual) muda dengan idealisme yang masih prima, memang menyenangkan. Maka obrolan di Regol Ngabul pun, tak terasa berlangsung sampai larut, hingga sayup-sayup suara “tarhim” mulai terdengar. (H. Hisyam Zamroni, wakil ketua PCNU Kabupaten Jepara)