JEPANG,Suaranahdliyin.com – Untuk menanti berbuka puasa (ngabuburit), Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Fatayat NU Jepang memiliki cara yang berbeda. Selama Ramadan, para pengurus dan anggota lebih memilih mengkaji kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazali melalui zoom meeting atau live instagram Fatayat NU Jepang setiap Jum’at.
Dalam kajian yang dimulai pukul 15.30-16.30 JST menghadirkan dua pemateri, Ustadzah Khadijah Lady Lc dan Ustadzah Nyimas Ma’rifatillah BS (Pengajar di pondok Amtsilati Jepara.
Pada pertemuan pertama, Jum’at (15/3/2024) Ustadzah Khadijah memaparkan penjelasan biografi Imam Al Ghazali dan amalan puasa Ramadhan. Dituturkan secara singkat, nama lengkap Imam Al Ghazali adalah Muhammad bin Ahmad al Ghazali, lahir 450 H di kota Al Ghazal.
“Imam Ghazali merupakan anak seorang pemintal wol. Ayahnya, seorang yang sholih dan wara` dalam bertindak” terang perempuan yang melanjutkan studi S-2 di Mesir.
“Sebelum meninggal, ayahnya menitipkan al Ghazali pada temannya yang sufi seraya berpesan jadikanlah anakku orang yang alim.”sambung Khadijah.
Pertemuan kedua, (22/3/2024) Kajian berganti pemateri Ustadzah Nyimas Ustadzah Nyimas Ma’rifatillah BS. Pengajar pondok Amtsilati Jepara ini memaparkan latar belakang penulisan kitab Bidayatul Hidayah sebelum membahas isi kitab.
“Imam Al Ghazali menulis kitab ini untuk ditujukan pada koleganya, seorang sufi yang juga seorang alim, dengan tujuan saling menasehati dalam kebaikan sehingga banyak materi dalam kitab ini membahas tentang adab dan etika,”jelasnya.
Menurut Nyimas, Kitab Bidayatul Hidayah perlu dibahas sebelum kita ingin mempelajari kitab Imam Ghazali yang paling tersohor, Ihya Ulumuddin.
Pada pertemuan kedua hingga keempat akan membahas Bagian Kedua dari Kitab Bidayatul Hidayah yaitu Menghindari Maksiat, yaitu menjauhkan tujuh anggota badan dari maksiat meliputi mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan, dan kaki.(lina, sridian/adb)