Sebagai bulan suci, Ramadan tentu sangat istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Tak ayal, selain melakukan puasa (wajib), umat Islam juga memperbanyak ibadah pada momentum ini.
Akan tetapi perlu dipahami, puasa Ramadan tidak hanya mesti dimaknai dengan menahan diri dari makan, minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari saja, tetapi juga melibatkan mengisinya dengan kebaikan-kebaikan lain baik untuk diri sendiri maupun untuk kebermanfaatn bagi sesama.
Sebab, puasa Ramadan memberikan kesempatan kepada umat Islam, untuk membersihkan diri secara spiritual, meningkatkan kesabaran, dan menumbuhkan rasa empati terhadap orang-orang yang kurang beruntung.
Ya, tak dapat dimungkiri dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan, terdapat berbagai tantangan, termasuk yang penulis alami, yaitu baru kali pertama merasakan Ramadan saat telah berstatus mahasiswa.
Apakah semenantang itu?
Bagi Mahasiswa petualang, semakin menantang semakin menarik. Awalnya emang sudah mengira itu sangat menantang, tapi lama kelamaan juga terbiasa oleh keadaan. Karena pada dasarnya, mahasiswa berbeda dengan anak sekolah biasa, di mana tenaga itu sangat cepat terkuras untuk interaksi.
Selain itu, ada beberapa tantangan menarik yang dihadapi saat Ramadan. Pertama, kurangnya waktu tidur. Jika terbawa dengan suasana kurang tidur ini, maka bisa membuat kurang fokus saat jam kuliah; ngantuk, lemah, letih dan lesu.
Kedua, adanya teman yang terkadang iseng mengajak untuk mokel, makan sebelum waktunya berbuka. Ketiga, perlu beradaptasi karena baru pertama puasa di lingkungan kampus.
Ada memang, sebagian mahasiswa menyimpulkan, Ramadan adalah waktu untuk meningkatkan ibadah, yang mungkin dapat mengurangi waktu yang tersedia untuk studi, ditambah lagi banyak aktivitas yang terkadang diikuti.
Sebab, selain belajar di ranah akademik, tak sedikit mahasiswa mengisi waktunya dengan aktivitas kemahasiswaan, baik intra kampus maupun ekstra kampus. Maka dalam momentum Ramadan, tentu perlu manajemen waktu yang baik.
Tantangan lain ketika sedang banyaknya tugas, ada ajakan buka bersama, yang lantaran kasyikan, malah terkadang sampai telat salat Maghrib dan yang mesti dihindari yaitu ghibah.
Bagaimana agar tantangan itu terasa ringan?
Untuk itu, harus ikhlas dalam menjalani puasa Ramadan, karena puasa tidak hanya menahan lapar dan minum, juga menahan dari hal-hal yang membatalkan dan merusak pahala puasa.
Maka, selama puasa, juga harus menahan tangan, menjaga mulut, mata dan hati agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang bisa merusak pahala puasa.
Ingat lagu berikut:
Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya Ilahi
Bila hati kian bersih pikiranpun akan jernih
Semangat hidup nan gigih prestasi mudah diraih
Jika hati berkarat semua terasa berat segeralah bersholawat kepada Nabi Muhammad.
Nailis Sofwah, penulis adalah santriyah Pesantren Literasi Prisma Quranuna Kudus dan Mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Kudus. (*)