
BOYOLALI, Suaranahdliyin.com – Pertemuan alumni pesantren sering dimanfaatkan untuk silaturahmi dan berbagi pengalaman dalam kehidupan dan perjuangan setelah nyantri. Silaturahmi alumni juga dapat menumbuhkan kecocokan pola pikir untuk berjuang bersama.
Demikian disampaikan pengasuh Pesantren API Tegalrejo Magelang KH Nur Machin dalam taushiyah pertemuan alumni Pesantren Lirboyo dari Boyolali di Pesantren Tahfidzul Qur’an, Karangjati, Wonosegoro, Boyolali, Ahad (24/7/2022) siang.
“Alumni Lirboyo harus bekerja sama membantu santri Lirboyo yang sedang nyantri supaya selesai (lulus) atau tidak putus jalan dalam nyantrinya,” tuturnya.
Disampaikannya, ada tiga syarat agar santri dan pesantren sukses dalam pembelajarannya. Pertama, guru atau kiainya ikhlas. “Guru harus menata hatinya agar mampu tulus yang sesungguhnya, tidak mengharap bayaran. Boleh menerima insentif, tapi jangan mengharapkan,” katanya.
Kiai Machin menjelaskan, bahwa perjuangan itu melaksanakan hal baik demi keridaan Allah. “Kita harus punya amal perjuangan yang dapat ‘dibanggakan’ kepada Allah. Anfa’uhum linnaas, bermanfaat kepada manusia lain adalah amal yang bisa kita banggakan, agar enak jalan perjuangan,” ungkapnya.
Kedua, guru dan kiai mengajar dengan bersungguh-sungguh. Namun jangan hanya fokus menjadikan santri pintar. Ada dua pendidikan yang juga harus diperhatikan.
“Satu, pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak itu bisa dipupuk dari suri teladan, uswatun hasanah. Al akhlaq fauqal ‘ilmi, akhlak di atas ilmu, itu sudah diketahui para guru, tapi belum sepenuhnya diresapi dan dilaksanakan. Ilmu akan diraih dengan baik bagi orang yang memiliki akhlak,” jelasnya.
Dua, memberi motivasi kepada anak agar senang ngaji kemudian masuk pondok pesantren (ponpes) Lirboyo atau pondok lain. “Madrasah diniyah yang sukses adalah yang setiap tahunnya memberangkatkan santri ke ponpes,” katanya.
“Mari bersama mencari santri, mengajak ke ponpes. Anak mulai dikenalkan arab pegon dan maknani kitab kuning. Kemudian dicarikan pondok yang sekiranya jika pulang ke rumah bisa mengajar ngaji dan mau mengajar ngaji,” terangnya.
Kiai Machin menegaskan, kalau di pesantren Lirboyo itu alumninya bisa ngaji dan mau mengajar ngaji. Karena di sana juga diajarkan belajar mengabdi menjadi pengurus yang mengurusi santri.
Ketiga, membimbing anak – anak agar ikhlas mengaji dan mengajak orang tua agar mencarikan dana yang halal dan baik bagi anaknya.

“Salah satu tugas alumni adalah mengajak wali (calon) santri agar menyadari tentang pentingnya biaya yang halal dan baik bagi anaknya dalam menuntut ilmu, agar mencetak anak saleh – salehah. Manfaatnya anak saleh kembali kepada orang tua,” ujar Kiai Machin. (siswanto ar/ ros, adb, rid)