SEMARANG, Suaranahdliytin.com – Film dokumenter NU dalam ajang Pekan Olahraga dan Seni Ma’arif (Porsema) XII masih mirip seperti video profil lembaga (madrasah). Peserta belum bisa memahami antara film dokumenter dengan video profil madrasah.
Demikian kesimpulan yang disampaikan juri lomba film dokumenter Ketua Bidang Program Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Temanggung TV Suryo Pranoto usai menilai film dokumenter dalam ajang Porsema XII Jawa Tengah di Kabupaten Semarang, Sabtu (11/2/2023).
Menurut Suryo, Secara konsep, film dokumenter adalah film yang ditujukan untuk mendokumentasikan kenyataan. Jika dokumenternya NU, harusnya berupa dokumentasi apapun tentang NU yang objeknya luas tidak hanya satu lembaga sekolah.
“Saya menyebut masih banyak peserta belum memahami mana film dokumenter dengan film profil lembaga, malah semacam company profil,” ujarnya
Pihaknya memberikan saran agar peserta terus meningkatkan kualitas produksi film utamanya film dokumenter yang bisa mengangkat sejarah, biografi, investigasi, laporan perjalanan, bukan profil lembaga yang mirip company profil.
Sementara itu, Produser Eksekutif Biro iNews TV Jawa Tengah, Girindra Wardhana sebagai juri juga memberikan apresiasi kepada LP. Ma’arif NU Jateng yang telah menggelar Porsema. Pihaknya juga memberikan masukan untuk penyelenggaraan ke depan.
“Masukan saja untuk kategori pesertanya sebaiknya jangan dicampur antara yang MI dengan yang MTS dan MA. Jaraknya kejauhan. Kemampuannya tentu juga nggak bisa dibandingkan,” kata dia usai perlombaan film dokumenter NU pada Sabtu (11/2/2023).
Sementara itu, juri dari unsur akademisi yang juga Wakil Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES Farid Ahmadi, M.Kom., Ph.D., memberikan apresiasi terkait perlombaan film dokumenter NU dalam Porsema XII tersebut. Dosen multimedia dan doktor lulusan Central China Normal University (CCNU) China ini berharap dari Porsema ini lahir banyak atlet dan seniman andal. (Ibd/adb)