Oleh: Irsyad Roqiyul Azmi
Keengganan sebagian besar masyarakat bangun pagi untuk salat Shubuh, barangkali bisa dipahami, karena kebanyakan memang belum mengetahui manfaat dan fadlilah dari salat Shubuh tepat waktu, apalagi jika dilakukan secara berjamaah.
Padahal jika kita mau memahami, sesungguhnya salat Shubuh memiliki keutamaan yang sangat dahsyat. Seno Teguh (2014) memiliki beberapa penjelasan terkait keutamaan salat Shubuh.
Sebagaimana dikutip dari hadis Rasulullah Muhammad Saw., bahwa “Barang siapa menunaikan salat Shubuh maka, ia berada dalam jaminan Allah berupa penjagaan dan perlindungan-Nya.” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dalam hadis lain dikemukakan, bahwa salat Shubuh itu mrupakan kunci surgi. “Barang siapa mengerjakan salat bardain (dua salat di waktu dingin yakni Isya’ – Shubuh), maka (akan) masuk surge.’’ (HR. Bukhori No. 574 dan Muslim No. 635)
Dijelaskan pula, manfaat salat Shubuh itu mengahindarkan dari siksa neraka. “Tidaklah masuk neraka orang yang melaksanakan salat fajar dan Ashar.” (HR. Muslim No. 634).
Sedang manfaat lain, yaitu sebagai pembuka rizki. “Bangunlah pagi hari untuk mencari rizki dan kebutuhanmu, sesungguhnya terdapat keberkahan dan keuntungan di pagi hari.” (HR. Thabrani dan Al-Bazzar)
Perlu diketahui, bangun sebelum matahari terbit (Shubuh), memiliki banyak manfaat. Banyak penjelasan yang bias diketengahkan, bahwa bangun lebih pagi erat kaitannya dengan mental sukses.
Rasulullah Saw. mengingatkan umatnya bahwa tidur setelah subuh mengakitbatkan kefakiran. “Wahai Fathimah, bangun dan saksikanlah rizki Tuhanmu, karena Allah membagi-bagikan rizki para hamba antara salat Shubuh dan terbitnya matahari.” (HR. Baihaqi)
Dari hadis tersebut, perlu diingat, kefakiran itu mendekatkan diri pada kekufuran. Dan bangun pagi, salah Shubuh berjamaah menjadi salah satu kunci untuk menolak kekufuran dan berupaya meraih kesuksesan (dunia dan akhirat).
Adnan Tharsyah (2012), mengatakan, bangun pagi berdampak pada munculnya ketenteraman dan kebahagiaan bagi produktivitas dan kinerja seseorang. Orang yang bahagia (a happy person or managers) terbukti lebih produktif, lebih mampu berpikir kreatif dan ulet dalam menghadapi tantangan kehidupan dan profesional dalam pekerjaannya.
Sedang M. Khalilurrahman (2013), pada dasarnya bangun Shubuh merupakan salah satu sarana mendidik umat Islam berdisiplin dan menghargai waktu, mengoptimalkan kesempatan dan memacu kreativitas, dalam rangka mempertahankan eksistensi diri sebagai khalifat Allah fi al-ardl.
Tingkatkan Produktivitas
Allah telah mengatur tidur dan aktivitasnya manusia sedemikian rupa, yang itu merupakan ‘’manajemen waktu’’ terbaik bagi manusia dalam menjaga kondisi fisik dan psikisnya.
Dalam Al-Quran Surat Al-An’am ayat 60 dan Surat Az-Zumar ayat 42 dijelaskan, ‘’Roh manusia ditahan ketika tidur, dan dilepaskan ketika bangun.’’
Pertanyaannya, apa hikmah dari tidur seseorang (manusia) yang telah ‘’diatur’’ sedemikian rupa itu?
Hikmahnya adalah, manusia berusaha mengembalikan kekuatan fisik, mental dan sarafnya, sehingga pikiran menjadi jernih, saraf menjadi tenang dan sel-sel baru pada tubuh, terbentuk. Dengan begitu, ketika bangun, pikirannya akan jernih, berbeda sebelum seseorang itu tidur.
Dalam kondisi yang telah fresh itu, seseorang akan memiliki karakter positif, yang tentunya akan berdampak pada meningkat dan tingginya produktivitasnya dalam menjalankan aktivitas.
Dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (Juz 9, hal. 50), dikutip M. Hasan Yusuf (2008), ketika Rasulullah bangun tidur pada waktu sahur, atau selesainya perjalanan pada waktu sahur, tetap tidak meninggalkan kebiasaannya bangun di pengujung malam.
Shubuh berati terang (cerah). M. Nuruddin Marbu memaknai Shubuh sebagai salat fajr, ahlat attaghlis atau ghalash (permulaan waktu gelap) dan shalatul isfar (suasana terang benderang).
Makna dari penjelasan M. Nuruddin Marbu, bahwa dengan bangun pagi dan salat Shubuh berjamaah, akan berdampak positif dalam upaya menciptakan kesuksesan.
Dalam bahasa sederhana, beraktivitas lebih pagi usai salat Shubuh berjamaah, di mana kondisi masih sangat fresh, maka akan berdampak pada meningkatnya produktivitas.
Dengan meningkatnya produktivitas itu, maka harapan menjadi lebih baik dari hari ke hari, akan terwujud dan bukan angan atau impian belaka. Bukankah Islam mengajarkan, orang yang sukses adalah orang yang hari ini (bias) lebih baik dari hari kemarin? Wallahu a’lam. (*)
Irsyad Roqiyul Azmi,
Penulis adalah alumnus Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada UIN Sunan Ampel Surabaya melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kemenag RI. Gelar Magister Pendidikan Islam diraih melalui Program Beasiswa Mahasiswa Berprestasi dari universitas yang sama.