(Catatan Seorang Buruh Perempuan)
Oleh: Siti Napinah
Ibu adalah sosok yang hebat, tangguh, sabar dan selalu ikhlas tanpa pamrih dalam merawat dan membesarkan anak-anaknya. Tak sedikit pun dalam hati seorang ibu, tuk meminta imbalan (pengganti) dalam beliau merawat dan membesarkan anak-anaknya.
Sembilan bulan ibu mengandung, menantikan sang buah hati lahir ke dunia. Ibu selalu berdoa. Dalam doa-doanya ibu senantiasa berharap, agar si buah hati kelak lahir ke dunia dengan selamat.
Perasaan seorang ibu, terkadang dihantui rasa takut bila si kecil nanti telahir dengan kondisi tak normal. Dalam masa hamil, ibu selalu berjuang, agar kondisi buah hati terlahir sehat. Usaha selalu dilakukan, dengan mengonsumsi memakan-makanan sehat dan bergizi. Ibu harus bekerja dengan menahan rasa sakit, mual, muntah dan pusing yang hampir menjadi bawaan setiap hari. Itulah beban berat yang harus ditanggung seorang ibu yang sedang hamil.
Hingga masa kelahiran si buah hati tiba, dengan segenap jiwa raga, ibu bertaruh nyawa dalam melahirkan buah hatinya agar terlahir normal dan selamat. Berjam-jam, bahkan bisa mencapai hitungan hari, menantikan kelahiran si buah hati. Atau, harus menjalani operasi. Andai harus memilih antara ibu dan buah hati dalam persalinan, maka pilihan utamanya adalah si buah hati. Seorang ibu tak peduli, walaupun harus kehilangan nyawanya.
Perjuangan ibu tak sia-sia. Cemas dan gelisah yang mewarnai proses kelahiran sang buah hati, berganti rasa bangga dan bahagia manakala mendengar suara tangis si kecil yang terlahir. Ibu pun bisa bernafas lega, dengan kondisi tubuh yang tubuh lemas.
Ibu berusaha bangun dari tempat tidur, tuk melihat buah hatinya. Diucapkannya rasa sukur kepada Allah SWT., Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah yang telah diberikan.
Andai aku bisa bicara, Aku akan mengucapkan terima kasihku kepada ibuku. Berkat perjuangannya lah, Aku terlahir ke dunia. Betapa mulianya hati ibu. Baru lahir, kita selalu didoakan, kemudian merawat dan membersakannya dengan tulus ikhlas.
Semoga kelak menjadi anak yang patuh dan berbakti kepada orang tua, berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Demikian doa setiap ibu. Tak seorang ibu pun ingin melihat anaknya tak bahagia. Melalui bisikan-bisikan penuh kasih sayang, diajarinya sang buah hati doa-doa, beberapa bulan kemudian diajari bicara, dan beranjak dewasa diajari sopan dan santun.
Ibu senantiasa rela berkorban apa saja demi anak-anaknya. Maka jangan sekali–kali menyakiti seorang ibu. Karena sampai kapan pun, kita tak akan mampu membalas jasa seorang ibu. Pepatah Jawa mengatakan: sak gede-gede upo ora bakal iso ngalahno gedene klopo.
Bagiku, ibuku adalah pahlawanku. Pahlawan bagi kehidupanku, yang akan kukenang dalam kehidupanku. Yang menjadi teladan kemudian, dalam menjaga, merawat dan membesarkan anak-anakku. (*)
Siti Napinah,
Warga Dukuh Kendeng, Desa Getasrabi, Kecamatan Gebog, Kudus. Penulis adalah ibu rumah tangga dan seorang buruh harian lepas.