
SARANG, Suaranahdliyin.com – Mewakili pihak keluarga, KH. Najih Maimoen menyampaikan beberapa bukti keberkahan KH. Maimoen Zubair, bahkan ketika sudah wafat. Dituturkannya bukti-bukti kewalian Mbah Moen itu disaksikan tidak hanya berasal dari satu atau dua orang.
“Ada cerita kemarin seorang ibu-ibu mencium semerbak wangi dan merasakan kehadiran Rasulullah SAW bersama Mbah Moen pada saat 7 hari wafatnya beliau di Pondok (Al-Anwar) ini,” tutur putra sulung KH. Maimoen Zubair itu.
Kemudian, lanjut KH. Najih, diceritakan juga dari khadimnya Mbah Moen asal Gresik bahwa sebelumnya Mbah Moen tidak sakit. Hanya merasakan linu dan kedinginan, kemudian bakda Isya, setelah menerima tamu, beliau tidak bisa tidur. Mbah Moen juga tidak mengalami naza’ (sekarat).
“Tidak aneh bagi beliau sebab amal kebaikannya yang amat banyak. Baik kepada fakir miskin, santri bahkan masyarakat secara luas,” papar KH. Najih Maimoen.
Diceritakan pula oleh KH. Najih, bahwa Mbah Moen termasuk ulama sekaligus pejuang ulung. Mbah Moen termasuk pasukan Hizbullah pada saat Agresi Militer ke II tahun 1947. Kemudian pada tahun 1971 beliau jadi DPRD Rembang. Kemudian jadi lagi pada 1977 tetapi ditengah perjalanan, atas kehendak Allah SWT, Mbah Moen diminta oleh KH. Mahrus Aly, Lirboyo untuk fokus merawat Pondok saja.
“Waktu itu belum kaya seperti sekarang, jadi beliau menangi ketika Negara ini belum punya apa-apa. Maka tidak heran jika sampai wafatnya Mbah Moen tetap nasionalis, meski berstatus sebagai ‘alim, mufassir, ahli hadits ahli tasawuf,” sebutnya.
Makanya akhir-akhir ini, Mbah Moen selalu menekankan pentingnya menjadi nasionalis-religius. Meski begitu pakem-pakem keislaman harus tetap dipegang. Menurut KH. Najih, peperangan di timur tengah terjadi sebab tidak adanya wathaniyah aradliyah, tidak ada kebangsaan arab yang menyatu, tetapi malah dipecah belah.
“Kita semua ingin sebagaimana cita-cita Mbah Maimoen, yakni agama kuat, Negara rukun dan kuat. Semoga Negara ini terus diberikan kedamaian atas berkah dari peringatan 40 hari ini,” doanya diamini ribuan jamaah yang hadir.
KH. Najih juga menyebutkan bahwa keberkahan Mbah Moen terbukti sebagai ulama, auliya’ yang bisa memberi ketentraman, kedamaian dan bisa mendinginkan umat. Demikian itu dilihatnya ketika wafatnya beliau di Mekkah yang pada saat itu pula udara di sana menjadi sejuk dan nyaman.
Hadir pula dalam acara ini Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin, KH. Chalwani Nawawi, KH. Agoes Ali Masyhuri, Habib Abu Bakar bin Abdul Qadir Almauladawiah dan ratusan ulama serta ribuan santri yang memadati kompleks PP. Al-Anwar Sarang.(rid, gie/ ros, adb)