Canda Pemilihan Presiden (?)

0
290
Mahasiswa penerima beaisswa dari NU Care LazisNU Kabupaten Kudus dalam sebuah forum diskusi

Oleh: Wafda Ahmad

Presiden dipilih rakyat untuk rakyat, dan sebagai Presiden harus bisa mendengar apa yang sedang rakyat butuhkan.

Pro dan kontra pemilihan Presiden lalu teramat lucu. Sebab, publik memilih calon Presiden bukan karena dari visi misinya, namun memilih karena kasihan kepada pasangan calon (paslon) yang ada.

Pembicaraan yang dilontarkan paslon satu kepada paslon satunya, membuat Masyarakat merasa kasihan, sehingga memutuskan untuk membenci paslon yang lain demi memilih kendati dengan “rasa kasihan”.

Zaman kemudahan bersosial media, dimanfaatkan para paslon mencari viewers atau pengikut untuk berkampanye, menjelekkan satu sama lain di sosial media, sehingga masyarakat berpendapat beda.

Mempunyai rasa empati itu boleh-boleh saja dan tidak ada yang melarang, namun dalam halnya pemilihan presiden, mestinya masyarakat harus pintar dalam memilah memilih mana yang layak menjadi presiden dan mana yang tidak.

Sayangnya, para penguna sosial media, mereka bertindak sebelum mencari dan berpikir terlebih dahulu apa yang akan terjadi ke depannya.

Saya tidak membela paslon manapun. Sebab, ketika kita sudah tahu akan seperti itu, lantas apakah pemilihan ke depannya harus golput alias tidak memilih?

Ingat, memilih pemimpin dalam Islam hukumnya wajib. Suka tidak suka (dengan paslon yang ada), masyarakat harus tetap memilih.

Lantas bagimana cara kita tahu mana pemimpin yang baik dan mana yang tidak?

Sebenarnya, untuk memilih pemimpin yang baik itu sangatlah sulit di era sekarang. Sebab kita tahu, ketika seseorang sudah mandapatkan jabatan (pangkat), pasti akan lupa dengan dirinya bahkan saudaranya sendiri.

Kita sebagai manusia hanya bisa berdoa semoga pemimpin yang ada adalah seseorang yang bisa mengayomi warganya dan tahu akan keluh kesah warganya.

Meskipun di awal menjabat diterpa banyak sekali isu, mulai dari Pagar Laut, kelangkaan gas 3 kg dan lainnya.

Namun bisa dilihat, menutupi isu pagar laut dilakukan dengan isu kelangkaan gas 3 kg, yang membuat masyarakat langsung lupa akan isu pagar laut. Dan banyak lagi isu dengan beragam pengalihan isu yang “selalu terjadi”.

Akhirnya, kita semua mesti memperbaiki diri dan berdoa semoga Indonesia selalu aman dan tenteram, sebagaimana doa yang selalu dilangitkan oleh almarhum Habib Jafar Al-Kaff berikut:

“Rakyat Negara kita aman. Masyarakat kita aman. Rakyat Negara kita Makmur. Masyarakat kita Makmur. Ekonomi gampang. Lancar. Berkah. Manfaat. Rakyat Indonesia Aman. Indonesia Makmur. Berkah. Manfaat. Tentrem. Ayem. Tenang. Ekonomi Gampang.” (*)

Wafda Ahmad,

Penulis adalah Smarter (penerima Beasiswa) NU Care Lazisnu Kabupaten Kudus.

Comments